Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Warga Miskin di Dunia Paling Terdampak Polusi akibat Karhutla

Foto : FETHI BELAID / AFP

Gumpalan asap dari kebakaran hutan mengepul di dekat Kota Melloula di Tunisia, beberapa waktu lalu. Masyarakat di negara miskin menderita parah polusi udara akibat meningkatnya bencana kebakaran hutan dan lahan.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan pada Rabu (20/9), masyarakat di negara-negara miskin menderita parah polusi udara yang sangat besar akibat meningkatnya bencana kebakaran hutan dan lahan di seluruh dunia.

Dikutip dari The Straits Times, kebakaran lanskap mencakup kebakaran di hutan, semak belukar, rumput, padang rumput, dan lahan pertanian, baik terencana maupun tidak terkendali seperti kebakaran hutan yang melanda negara-negara termasuk Aljazair, Kanada, dan Yunani tahun ini.

Ini menghasilkan asap yang dapat menyebar hingga ribuan kilometer sehingga menimbulkan risiko kesehatan masyarakat, termasuk peningkatan angka kematian dan memburuknya penyakit jantung dan paru-paru.

Studi yang diterbitkan di Lancet Planetary Health pada 2022, mengatakan polusi udara sekitar menyebabkan sekitar 4,5 juta kematian pada 2019.

Sedangkan dalam studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature, para peneliti menggunakan data, pembelajaran mesin, dan pemodelan untuk memperkirakan jumlah harian global partikel halus yang disebut PM2.5 dan konsentrasi ozon permukaan yang dipancarkan oleh kebakaran lanskap antara 2000 dan 2019.

Berdasarkan temuan mereka, polusi udara tahunan akibat kebakaran hutan di negara-negara berpenghasilan rendah empat kali lebih tinggi dibandingkan di negara-negara kaya, dengan Afrika Tengah, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Siberia mengalami tingkat polusi tertinggi.

Perubahan Iklim

Meningkatnya suhu yang terkait dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia meningkatkan risiko kebakaran.

Pengajar di Monash University di Melbourne, Australia, dan salah satu penulis studi itu, Shandy Li, mengatakan pemanasan berarti bahwa "fenomena polusi mungkin akan menjadi lebih buruk di masa depan".

"Bukti yang ada menunjukkan bahwa asap kebakaran dapat meningkatkan risiko kesehatan, termasuk kematian dan kesakitan, yang berarti masyarakat harus memberikan perhatian untuk mengurangi paparan polusi udara akibat kebakaran," katanya.

Polusi udara menyebabkan lebih dari 1,3 juta warga Thailand sakit sepanjang tahun ini. Rata-rata sekitar 2,18 miliar orang per tahun terpapar polusi udara "substansial" setidaknya satu hari yang berasal dari sumber kebakaran hutan antara tahun 2010 dan 2019, yang merupakan peningkatan hampir 7 persen dibandingkan dekade sebelumnya.

Hal ini mencakup rata-rata tingkat PM2.5 harian yang berada di atas pedoman World Health Organization (WHO) 2021 yaitu 15 mikrogram per meter kubik udara, di mana polusi dari sumber api menyumbang setidaknya setengah dari total itu.

Afrika mempunyai jumlah hari rata-rata tertinggi paparan polusi udara "substansial" yang disebabkan oleh kebakaran per orang setiap tahunnya yaitu sebesar 32,5 hari, diikuti oleh Amerika Selatan sebesar 23,1 hari.

Sebaliknya, masyarakat Eropa rata-rata terpapar polusi dalam jumlah besar sekitar satu hari per tahun selama dekade tersebut.

Sebanyak lima negara dengan rata-rata jumlah hari tahunan tertinggi yang terkena polusi yang berasal dari kebakaran per orang semuanya berasal dari Benua Afrika, yaitu Angola, Republik Demokratik Kongo, Zambia, Kongo-Brazzaville, dan Gabon.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top