Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Udara Buruk l Penerapan Ganjil-Genap Diperluas Dinilai Mampu Kurangi Polusi Udara

Warga Diimbau Hidup Sehat

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak akibat polusi udara.

Jakarta - Warga Jakarta diimbau melakukan langkah hidup sehat "cerdik", yakni dengan cek kesehatan berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat, istirahat cukup, dan kelola stres, untuk menekan dampak polusi udara.

"Kami juga imbau hindari asap rokok dan jauhkan anak-anak dari paparan asap rokok," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, di Jakarta, Selasa (30/7).

Dwi menambahkan Pemprov DKI Jakarta menyediakan 12 puskesmas sebagai klinik upaya berhenti merokok (UBM) untuk membantu perokok berhenti merokok.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak membakar sampah karena menghasilkan emisi karbondioksida yang berbahaya bagi kesehatan.

Warga juga diimbau mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan masker sekali pakai ketika menderita flu, batuk atau infeksi saluran napas lainnya.

Sementara itu, kualitas udara di ibu kota Jakarta pada Selasa pukul 16.00 WIB tercatat 156 masuk kategori tidak sehat dengan parameter PM2.5 konsentrasi 65,8 ug/m3 berdasarkan Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.

Dengan angka tersebut, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara tidak sehat nomor dua setelah Kota Tashkent di Uzbekistan yang menduduki posisi pertama dengan angka 196.

Ganjil-Genap

Selain itu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memperluas pemberlakuan ganjil-genap sebagai langkah darurat untuk mengurangi pencemaran udara di Ibu Kota.

"Ganjil-genap diperluas. Memang ekstrem dan pasti banyak yang mengeluh. Tapi ini kan alasannya kuat," kata pegiat lingkungan hidup Walhi, Dwi Sawung.

Saran tersebut didasarkan pada kualitas udara di Jakarta yang dalam beberapa hari terakhir tercatat terburuk di dunia dan pada hari ini masih dinilai tidak sehat dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 74 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.

Sawung mengatakan kebijakan tersebut memang tidak populer, tetapi ia menilai perluasan penerapan ganjil genap dapat memaksa masyarakat untuk mengurangi penggunaan kendaraan sehingga mampu sedikit mengurangi pencemaran udara di Jakarta. "Lumayan, tetapi tidak terlalu besar (penurunannya)," jelasnya.

Pegiat lingkungan hidup tersebut mencontohkan pemberlakuan ganjil genap yang diterapkan tahun lalu saat penyelenggaraan Asian Games 2017.

Ia menilai pemberlakuan ganjil genap tersebut cukup efektif untuk menurunkan tingkat polusi udara di Jakarta. "Tahun lalu kalau misal enggak ada ganjil genap yang diperluas, itu sama parahnya dengan tahun ini," katanya.

Karena itu, langkah darurat yang perlu dilakukan Pemprov DKI adalah memperluas pemberlakuan ganjil genap tersebut. "Jadi ini alasan cukup kuat untuk Pemprov melakukan pembatasan kendaraan. Jadi walaupun enggak populer, mau enggak mau harus dilakukan," tuturnya.

Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk menyadari perlunya peran serta mereka dalam penanganan pencemaran udara dengan mulai mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan kendaraan umum yang ramah lingkungan.

"Publik harusnya menyadari ini enggak sehat dan mereka juga harus berperan serta untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi," katanya. pin/Ant/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Peri Irawan, Antara

Komentar

Komentar
()

Top