Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Vaksin "Booster" Covid-19 yang Baru Tidak Lebih Baik dari yang Lama

Foto : Istimewa

Hasil yang tidak memuaskan untuk booster bivalen bisa jadi disebabkan oleh fenomena yang disebut imprinting.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Menurut sebuah studi independen terbaru, vaksin booster Covid-19 dari Moderna dan Pfizer gagal meningkatkan kadar protein pelindung yang disebut antibodi penetral terhadap strain Omicron yang dominan.

Dikutip dari The Straits Times, para peneliti di Universitas Columbia dan Universitas Michigan membandingkan tingkat protein pelindung, yang disebut antibodi penawar, dalam sampel darah dari 21 orang yang mendapat suntikan keempat booster (penguat) bivalen Moderna, atau Pfizer-BioNTech terhadap tingkat antibodi pada 19 orang yang mendapat empat suntikan vaksin yang asli (vaksin lama).

"Tiga hingga lima minggu setelah suntikan keempat, orang-orang yang menerima booster baru yang ditujukan untuk varian BA.4 dan BA.5 memiliki titer antibodi penetral yang sama dengan mereka yang menerima vaksin mRNA monovalen keempat," ujar para peneliti menyimpulkan dalam sebuah manuskrip yang diunggah di-server pracetak bioRxiv.org.

Menurut penelitian, hal ini berlaku untuk antibodi yang melindungi terhadap BA.4, BA.5 dan varian yang lebih tua seperti strain Omicron asli.

Hasilnya tidak berarti mendapatkan suntikan bivalen tidak bermanfaat, dan itu perlu dikonfirmasi dalam penelitian yang jauh lebih besar. Namun, mereka mengajukan pertanyaan apakah perlu beralih ke versi baru vaksin.

Hasilnya juga sangat kontras dengan siaran pers pada 13 Oktober dari Pfizer dan BioNTech yang menggembar-gemborkan "data awal yang positif" dari uji klinis yang menunjukkan vaksin bivalennya "diharapkan dapat memberikan perlindungan yang lebih baik". Pernyataan itu didasarkan pada data yang dikumpulkan dari subjek dalam tujuh hari pertama setelah imunisasi, dan perusahaan belum merilis rinciannya.

"Sedikit perbedaan dalam tingkat antibodi yang ditunjukkan antara booster bivalen dan suntikan asli, berpotensi membuka pintu bagi vaksin pesaing seperti Sanofi dan GSK," kata tim.

"Sejauh ini kami tidak melihat manfaat dari suntikan bivalen dibandingkan yang lama," kata penulis senior studi, David Ho, seorang ahli virus yang mengepalai Pusat Penelitian AIDS Aaron Diamond di Universitas Columbia.

Menurut dia, perbedaan yang jelas antara booster dapat muncul dalam jangka waktu yang lebih lama.

"Bisa juga ternyata suntikan booster kedua dengan vaksin bivalen mungkin diperlukan,katanya dalam sebuah wawancara telepon.

Ho mengatakan penelitian tersebut telah diajukan untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

Peluncuran vaksin bivalen sejauh ini lambat. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, hanya sekitar 20 juta orang Amerika telah menerima versi terbaru dari vaksin.

Ho menjelaskan, hasil yang tidak memuaskan untuk vaksin booster bivalen bisa jadi disebabkan oleh fenomena yang disebut imprinting. Itu berarti sistem kekebalan paling kuat mengingat versi pertama dari virus yang ditemuinya. Setelah bermutasi, respons terhadap vaksin, bahkan yang menargetkan strain yang lebih baru, mungkin masih cenderung melawan patogen asli.

Ho mengatakan secara pribadi telah mendapatkan empat dosis suntikan vasin kmRNA generasi asli, dan dia menunggu lebih banyak data untuk digulirkan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan tentang dosis kelima.

Pfizer menolak mengomentari penelitian tersebut. Seorang juru bicara mengatakan perusahaan akan mengungkapkan data tambahan 30 hari pada vaksib bivalen dalam beberapa minggu mendatang. Moderna tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Pada awal Oktober, peneliti Moderna menerbitkan data dari uji klinis booster bivalen berbeda yang disesuaikan dengan strain Omicron asli. Studi itu, di New England Journal of Medicine, menemukan suntikan keempat dari vaksin bivalen itu menghasilkan tingkat antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dengan empat suntikan vaksin asli Moderna.

Vaksin bivalen Moderna terhadap galur Omicron asli, yang disebut mRNA-1273.214, tidak diizinkan di AS, tetapi telah diizinkan untuk digunakan di banyak negara termasuk Inggris dan Kanada.

Meskipun demikian, para ilmuwan telah memendam keraguan tentang manfaat mengubah komposisi bidikan. Sebelum AS mulai meluncurkan booster yang diperbarui pada September, seorang pakar mikrobiologi dan imunologi di Weill Cornell Medical College,John Moore, mengatakan vaksin baru akan "sedikit atau tidak lebih baik" daripada formulasi sebelumnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top