Utang Luar Negeri Indonesia Sudah Masuk Kategori Waspada
"Alokasi utang pada saat pandemi juga sebagian besar untuk program mendorong konsumsi masyarakat, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), kartu sembako, kartu prakerja, dan kartu Indonesia pintar," kata Esther.
Sedangkan dari alokasi per sektor juga belum efektif. Bantuan ke sektor pendidikan misalnya, belum efektif karena masih dominan untuk membiayai kegiatan operasional, bukan untuk investasi sumber daya manusia (SDM), riset serta inovasi.
Padahal dibanding dengan negara lain, mereka bisa meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan investasi di pendidikan berupa pemberian beasiswa, memperbesar dukungan untuk penelitian dan pengembangan. "Kondisi yang sama juga terlihat di sektor kesehatan," kata Esther.
Di tempat terpisah, Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan dalam krisis akibat pandemi, kebutuhan berutang menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Namun, pemerintah diharapkan mewaspadai sejumlah potensi negatif dari kebijakan tersebut.
"Sandaran terhadap utang ini sekarang menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari, hampir semua negara yang terdampak Covid-19 mengalami peningkatan nilai utang. Hal yang perlu diperhatikan adalah warning Menkeu bahwa jangka pendek, bisa saja ada risiko asset bubble, price instability, commodity shock, debt crisis, dan risiko geopolitik," kata Bambang.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya