Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perencanaan Anggaran | Defisit APBN Tahun Depan Ditargetkan di level 2,5 Persen

Utang Ganggu Pencapaian Target Pemerintah

Foto : ANTARA/INDRIANTO EKO SUWARSO

REALISASI APBN 2024 | Sejumlah kendaraan melintasi Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (14/8). Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilaporkan defisit 93,4 triliun rupiah atau 0,41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Juli 2024.

A   A   A   Pengaturan Font

Target pertumbuhan ekonomi pada 2025 sebesar 5,2 persen bergantung dari kebijakan yang akan diambil ke depannya, termasuk soal penerimaan negara.

JAKARTA - Pemerintahan baru ke depan harus pintar mencari tambahan penerimaan untuk menutup beban anggaran. Sebab, kondisi fiskal dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang cenderung meningkat kian membebani anggaran.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan memperingatkan dengan posisi utang yang menumpuk begini bakal mengganggu target target pemerintah. "Apalagi kalau pemerintah tidak bisa menaikkan penerimaan rasio pajak yang terus turun," ucap Anthony kepada Koran Jakarta, Senin (19/8).

Dirinya menilai dengan target pertumbuhan ekonomi pada 2025 sebesar 5,2 persen secara normatif seharusnya bisa dicapai. Namun, dirinya masih menyangsikan akan realisasinya. Sebab, hal itu bergantung dari kebijakan yang akan diambil ke depannya, termasuk soal penerimaan negara.

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti menegaskan pemerintah ke depannya harus pintar mencari sumber penerimaan baru untuk menggenjot pertumbuhan. "Memerintah harus lebih inovatif menciptakan sumber sumber penerimaan negara tidak hanya dari pajak, tetapi sumber penerimaan negara lainnya khususnya kenaikan devisa negara," tegas Esther, Minggu (18/8).

Esther mencontohkan caranya dengan meningkatkan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri untuk white collar atau minimal karyawan atau pekerja pabrik sehingga meningkatkan sumber devisa negara. Sektor pariwisata harus di kembangkan untuk menarik wisatawan asing lebih banyak. "Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga harus ditingkatkan perannya untuk lebih profit oriented bukan menjadi beban APBN," ucap Esther.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top