Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Energi Terbarukan

UEA Terus Kembangkan Ladang Tenaga Surya

Foto : AFP/STRINGER

Megaproyek Energi l Pengunjung menyaksikan rancangan ladang energi tenaga surya Mohammed bin Rashid Al-Maktoum, dalam sebuah pameran energi di Dubai, Uni Emirat Arab, beberapa waktu lalu. Saat rampung, megaproyek ini bisa menghasilkan listrik hingga 5 ribu megawatt.

A   A   A   Pengaturan Font

ABU DHABI - Uni Emirat Arab (UEA) siap menciptakan tonggak sejarah terbaru setelah ladang tenaga surya mereka tercatat sebagai megaproyek terbesar yang menyerap investasi paling mahal di dunia. Kantor berita CNN edisi Kamis (25/4) menulis bahwa ladang pembangkit tenaga surya Mohammed Bin Rashid Al Maktoum yang terletak jauh di pedalaman gurun di Dubai telah siap memecahkan rekor sebagai ladang pembangkit tenaga surya paling besar di dunia.

Dengan investasi senilai 13,6 miliar dollar AS dan 8 tahun pembangunannya, ladang surya yang diambil namanya dari penguasa sekaligus Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA itu, kebesaran skala megaproyek energi terbarukan itu bisa dilihat melalui citra satelit, membentang dari timur ke barat, menutupi hamparan gurun.

"Saat megaproyek dengan nilai investasi 13,6 miliar dollar AS ini rampung, bisa menghasilkan daya listrik bagi 1,3 juta unit rumah dan mengurangi emisi karbon sebesar 6,5 juta ton per tahun," lapor Dubai Electricity and Water Authority (DEWA), Rabu (24/4) lalu.

Saat ini fase satu dan dua yang sudah rampung. Dua fase ini memiliki 2,3 juta panel fotovoltaik dengan kapasitas 213 megawatt. Fase ke-3 yang sedang dibangun memiliki jumlah panel fotovoltaik sebanyak 3 juta unit dan sanggup menambahkan energi sebanyak 800 megawatt. Fase 3 ini dijadwalkan rampung pada 2020.

Pencapaian Terbaru

UEA berambisi untuk terus mengembangkan megaproyek ladang pembangkit tenaga surya hingga fase ke-4.

Saat dimulai pengembangan megaproyek fase ke-4 ini, DEWA akan membuat pencapaian terbaru dengan membangun menara tenaga surya terkonsentrasi (CSP) tertinggi di dunia.

CSP memanfaatkan cermin yang disebut heliostat untuk memfokuskan sinar matahari ke bagioan atas menara untuk memanaskan aliran garam cair dan uap panasnya digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik.

"Teknologi CSP memiliki tingkat efisiensi sedikit lebih tinggi dari fotovoltaik," kata Christos Markides, seorang profesor teknologi energi bersih di Imperial College London.

CSP, menurut Markides, memiliki kelebihan bisa menyimpan energi dalam bentuk panas dan ini mengungguli daripada baterai. "Penyimpanan energi termal kira-kira 10 kali lebih murah daripada penyimpanan energi listrik. Itu memberi keuntungan bagi teknologi," jelas dia.

Berkat keunggulan ini, CSP dapat terus menghasilkan listrik bahkan tanpa matahari dan sampai malam. Dari menara CSP ini, DEWA memperkirakan bisa menghasilkan energi sebesar 100 megawatt. Namun fase ke-4 juga akan memperkenalkan teknologi palung parabola yang merupakan bentuk lain dari CSP dan fotovoltaik, yang bisa membangkitkan energi sebesar 850 megawatt lagi.

Pengembangan ladang pembangkit tenaga surya di UEA juga akan dilanjutkan pada fase ke-5 yang diproyeksikan rampung pada 2021 dan fase ini bisa menyumbangkan energi sebesar 900 megawatt, sehingga setelah keseluruhan megaproyek ini rampung, akan memenuhi target energi sebesar 5.000 megawatt.

Dari fase 1 hingga 4 saja telah menempatkan ladang pembangkit tenaga surya Mohammed Bin Rashid Al Maktoum sebagai ladang energi surya berkapasitas terbesar di seluruh dunia. ang/CNN/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top