Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 16 Agu 2024, 02:55 WIB

Ubah Limbah Cangkang Tiram Menjadi Kain Ramah Lingkungan

Manfaatkan Limbah l Eddie Wang, pemilik perusahaan Creative Tech Textile di Tainan, Taiwan, memperlihatkan kain Seawool yang salah satu bahannya berasal dari limbah cangkang tiram pada 5 Juli lalu. Kain mirip wol ini merupakan terobosan dalam industri tekstil karena memanfaatkan limbah untuk menghasilkan kain yang unik dan ramah lingkungan.

Foto: AFP/Sam Yeh

Karena dibesarkan di pesisir barat Taiwan yang merupakan tempat budidaya moluska populer, Eddie Wang kerap menyaksikan bagaimana cangkang tiram yang dibuang diubah dari limbah menjadi berbagai fungsi dan kenangan itu telah menginspirasinya untuk menciptakan kain unik dan ramah lingkungan yang disebut Seawool.

Wang ingat bahwa penduduk kampung halamannya di tepi laut, Yunlin, menggunakan cangkang tiram yang dibuang di jalanan selama musim panen sebagai isolasi rumah mereka. "Mereka membakar cangkangnya dan mengambil residunya untuk mengecat dinding agar rumah-rumah mereka menjadi hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas," ucap pria berusia 42 tahun itu kepadaAFPdi pabriknya di Tainan. "Semua itu membuat saya penasaran mengapa cangkang tiram memiliki efek yang begitu ajaib," imbuh dia.

Perusahaan Creative Tech Textile milik Wang yang didirikan pada tahun 2010, sebelumnya telah memproduksi kain ramah lingkungan dari bahan polyester yang terbuat dari botol plastik daur ulang, tetapi Wang merasa tak puas dengan teksturnya. Oleh karena itu ia mulai menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian untuk bereksperimen membuat kain dari sisa cangkang tiram dan baru pada tahun 2013 lalu mereka menghasilkan formula tepat yang menghasilkan bahan kain mirip wol.

Saat ini, pabriknya di Taiwan menggunakan sekitar 100 ton cangkang tiram per tahun untuk menghasilkan sekitar 900 ton Seawool, kain yang diberi merek dagang dan telah dipatenkan Wang.

Kain dan pakaian berbahan Seawool menghasilkan sekitar 6,1 juta dollar AS per tahunnya dan sebagian besar aliran uang itu bersumber dari merek pakaian luar ruangan dan ramah lingkungan di Eropa dan Amerika Serikat. "Kain 'Made in Taiwan' ini tidak akan mungkin tercipta tanpa budaya budidaya tiram yang unik di pulau tersebut," ungkap Wang. "Rantai industri ini tidak dapat ditemukan di tempat lain di luar negeri," imbuh dia seraya mengatakan bahwa mereka memiliki modal SDM yang memanen tiram, memiliki spesialis untuk membersihkan cangkang tiram, dan memiliki orang-orang yang mengeringkan dan mengolah cangkang tiram.

Nilai Tambah

Pulau kecil Taiwan memiliki selera makan tiram yang tinggi, diperkirakan menghasilkan 200.000 ton tiram per tahun, dan dagingnya banyak ditemukan dalam masakan lokal seperti telur dadar renyah dan hidangan mie yang mirip sutra.

Namun karena popularitasnya juga berarti bahwa sekitar 160.000 ton cangkang dibuang setiap tahunnya, menurut data dari Kementerian Pertanian Taiwan.

Limbah cangkang tiram tersebut menumpuk di jalanan kota-kota budidaya perairan yang mayoritas berada di kota-kota di wilayah barat seperti Yunlin, Changhua, dan Chiayi, hingga menyebabkan masalah lingkungan karena mengeluarkan bau amis dan menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Di pabrik Wang, cangkang tiram digiling menjadi manik-manik nano dan dipadukan dengan benang yang terbuat dari botol plastik daur ulang.

"(Perpaduan) ini menciptakan benang ajaib. Cangkang tiram adalah bahan dengan konduktivitas termal yang rendah dan tidak menyerap panas sekaligus juga tidak menghilangkan panas," tutur Wang.

"Mengubah cangkang tiram yang menangkap dan menyimpan karbon dioksida dari atmosfer hingga menjadi Seawool juga tidak memerlukan air, sehingga menjadikannya produk rendah karbon," imbuh dia.

Setengah jam perjalanan dari ruang pamer Wang yang memamerkan jaket, sweater, dan celana pakaian aktif, perusahaan milik negara Taiwan Sugar Corporation (TSC) juga memiliki pabrik yang menggiling cangkang tiram yang dibuang menjadi bubuk yang digunakan dalam pembuatan barang-barang rumah tangga seperti dupa.

Cangkang tiram yang dihancurkan membantu mengurangi asap dan bahan kimia beracun yang dihasilkan dari pembakaran dupa, kata Chen Wei-jen, wakil kepala divisi bisnis bioteknologi TSC.

"Kami berharap cangkang tiram dapat memiliki banyak aplikasi industri dan perusahaan yang berminat dapat menggunakannya sebagai bahan baku untuk membuat produk mereka lebih ramah lingkungan dan memberikan nilai tambah pada produk mereka," ungkap Chen.

Sebelum cangkangnya sampai ke pabrik, para petani di Chiayi, sebuah daerah yang terkenal sebagai penghasil tiram, mengumpulkan hewan moluska ini saat fajar dari rak yang dipasang di sepanjang pantai. Daging-daging tersebut disortir ke dalam keranjang-keranjang sebelum dikirim ke pabrik seperti pabrik Dai Sen-tai, tempat daging-daging tersebut dicuci dengan mesin sebelum dikirim ke usaha kecil milik keluarga yang mengupas daging dan mengirim cangkangnya ke selatan.

Dai, yang keluarganya telah berkecimpung dalam industri budidaya tiram selama tiga generasi, mengaku senang Taiwan bisa memberikan kehidupan baru pada limbah laut.

"Ketika saya masih kecil, tidak ada seorang pun yang menginginkan cangkang tiram hingga dibuang sembarangan," kata dia kepadaAFP. "Untungnya sekarang limbah itu sudah diubah menjadi produk yang berharga," ucap dia. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.