Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Keuangan l Selain Bank Regional, SVB Beraset Relatif Kecil di AS, yakni USD200 Miliar

Tutupnya SVB Picu Gejolak Pasar

Foto : ANTARA/AGATHA OLIVIA VICTORIA

WASPADAI KRISIS I Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (kiri) dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2023 di Jakarta, Selasa (14/3). Menkeu terus mewaspadai dampak penutupan Silicon Valley Bank California terhadap kondisi keuangan di dalam negeri.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah terus mewaspadai dampak penutupan Silicon Valley Bank (SVB) California terhadap kondisi keuangan di dalam negeri. Sebab, kolapsnya SVB saat ini memicu gejolak pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) meskipun aset bank tersebut sangat kecil.

"Transmisi dari persepsi dan psikologi bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan seperti yang kita lihat di AS," ucap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2023 di Jakarta, Selasa (14/3).

Karena itu, Menkeu berharap Negeri Paman Sam bisa segera menstabilkan sektor keuangannya karena akan mempengaruhi perekonomian global. Apalagi saat ini arah kebijakan Bank Sentral AS, the Fed masih akan hawkish lantaran kondisi inflasi AS yang masih tinggi.

Adapun SVB sebenarnya merupakan bank regional dengan aset relatif kecil di AS, yakni hanya 200 miliar dollar AS. Padahal, jumlah aset perbankan AS bisa mencapai 1,3 kuadriliun dollar AS.

Meski demikian, dia menilai bank tersebut mampu memberikan guncangan signifikan dari sisi kepercayaan deposan di AS. Karena itu, kasus tersebut menjadi suatu pelajaran yang perlu dicermati bahwa sebuah bank kecil dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik.

Lantaran telah menggoyang seluruh kepercayaan sektor keuangan AS, pemerintah akhirnya memutuskan untuk memberikan dana talangan atau bailout sehingga menjamin seluruh deposito SVB. Semula, pemerintah tidak memberikan bailout.

"Dalam hal ini, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) memberikan kepastian untuk penyelamatan dari deposan, baik yang diasuransikan (insured) maupun yang tidak diasuransikan (non insured)," tuturnya.

Sri Mulyani mengungkapkan sejauh ini terdapat beberapa analisa awal yang muncul sebagai penyebab runtuhnya SVB, yakni kinerja perusahaan rintisan (startup) yang turun pada 2022 sehingga menyebabkan anjloknya kredit SVB, yang merupakan bank khusus pemberi pendanaan kepada perusahaan rintisan.

Analisa lainnya yakni SVB mengalami kenaikan deposito lebih dari tiga kali lipat hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, sedangkan penyaluran kredit tertahan karena kinerja perusahaan rintisan sehingga menyebabkan neraca keuangan SVB tertekan. "Akibat tingginya deposito SVB, dana yang terkumpul tersebut dibelikan surat berharga negara AS jangka panjang yang mengalami penurunan nilai karena kenaikan suku bunga the Fed," jelas Menkeu.

Tiga Bank Kolaps

Seperti diketahui, Silicon Valley Bank, Silvergate Bank dan Signature Bank yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat industri uang digital serta pemberi pinjaman utama perusahaan-perusahaan rintisan ditutup atau diambil alih pemerintah AS menyusul neraca keuangan memburuk dan tidak mampu memenuhi penarikan besar-besaran dari para deposan.

Meski demikian, analis dan sekaligus praktisi hukum kepailitan dan restrukturisasi utang dari kantor Frans & Setiawan Law Office, Hendra Setiawan Boen menilai penutupan dan pengambilalihan tiga bank bangkrut itu dinilai tidak akan berdampak banyak bagi sektor keuangan di Indonesia serta tidak akan mengulang kembali krisis ekonomi besar pada 2007-2008.

"Hal itu karena pemerintah AS telah bergerak cepat mengantisipasi dengan memastikan semua deposan akan dapat mengambil kembali uang mereka. Karena sejak krisis subprime mortgage pada 2007, pemerintah AS mencadangkan uang lebih dari 100 miliar dollar AS sebagai jaring pengaman apabila terjadi peristiwa semacam ini," kata Hendra dalam keterangan di Jakarta, Selasa (14/3).


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top