Tunangan Khashoggi Desak Hukuman Bagi Putra Mahkota Saudi
Hatice Cengiz
Foto: VoA/ReutersISTANBUL - Tunangan wartawan yang tewas dibunuh, Jamal Khashoggi, pada Senin (1/3) mengatakan bahwa putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman harus dihukum tanpa ditunda-tunda karena memerintahkan pembunuhan itu.
"Jika putra mahkota tidak menghadapi hukuman, ini selamanya akan mengisyaratkan bahwa pelaku utama dapat lolos melakukan pembunuhan yang membahayakan kita semua dan menodai kemanusiaan kita," demikian cuitan Hatice Cengiz di media sosial.
Pekan lalu, AS merilis laporan intelijen yang tidak dianggap rahasia lagi, yang menilai bahwa putra mahkota menyetujui pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Turki.
Khashoggi dibujuk ke konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018, dan dibunuh oleh orang-orang yang terkait dengan putra mahkota. Mayatnya dimutilasi, dan jasadnya tidak pernah ditemukan.
Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi keliru dibunuh dalam apa yang disebut operasi yang kebablasan, tetapi membantah keterlibatan putra mahkota. Saudi menolak laporan AS pada Jumat (26/2), dengan menyebut laporan itu mengandung informasi dan kesimpulan yang tidak akurat.
Laporan intelijen AS menyatakan sangat kecil kemungkinannya Khashoggi terbunuh tanpa persetujuan Pangeran.
"Meskipun AS tetap menjaga hubungannya dengan Arab Saudi, Presiden Joe Biden telah menjelaskan bahwa kemitraan harus mencerminkan nilai-nilai AS," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam suatu pernyataan pada Jumat (26/2) lalu.
Pemerintahan Biden mengumumkan larangan pemberian visa bagi 76 warga Saudi. Blinken mengatakan mereka diduga telah terlibat dalam mengancam para pembangkang di luar negeri, termasuk, meski tidak terbatas, pada pembunuhan Khashoggi. Kementerian Keuangan AS mengumumkan seperangkat sanksinya juga.
Dalam pesannya, Cengiz mengatakan langkah AS hanya akan berarti apabila putra mahkota menghadapi hukuman.
"Dimulai dengan pemerintahan Biden. Ini penting sekali bagi seluruh pemimpin dunia untuk bertanya pada diri sendiri apakah mereka siap untuk berjabatan tangan dengan orang yang kesalahannya sebagai pembunuh telah terbukti, tetapi belum dihukum," tulis Cengiz. "Mengabaikan fakta ini dan bertahan dalam ketidakpastian tanpa hukuman apapun akan menyebabkan kita kehilangan nilai-nilai kemanusiaan universal kita," pungkas dia. VoA/I-1
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD
Berita Terkini
- Agensi ADOR Gugat NewJeans untuk CegahTeken Kontrak Independen
- Marbot Masjid dan Guru Ngaji Seharusnya Mendapat BPJS Ketenagakerjaan
- Mike Ethan Kolaborasi dengan Mario Ginanjar Rilis Single ‘Dia Harus Tahu’
- Untuk Kenang Persahabatan, Nyoman Paul Hadirkan 'Alunan Mimpi'
- Indra Sjafri Mengaku Belajar Banyak dari Shin Tae-Yong