Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tuksono di Kulon Progo Membangun Kampung Tradisional untuk Lestarikan Budaya Lokal

Foto : ANTARA/HO-Humas Pemkab Kulon Progo

Paniradya Pati Kaistimewan Aris Eko Nugroho meletakan batu pertama dimulainya pembangunan Balai Budaya Tuksono, Kabupaten Kulon Progo.

A   A   A   Pengaturan Font

Kulon Progo - Pemerintah Kalurahan Tuksono, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, membangun balai budaya dan kampung tradisional dalam rangka melestarikan budaya lokal dan membangkitkan ekonomi masyarakat di wilayah ini.

Lurah Tuksono Zainuri di Kulon Progo, Kamis, mengatakan pembangunan Kampung Tradisional dan Balai Budaya Tuksono bersumber dari dana keistimewaan DIY senilai Rp1,62 miliar.

Kalurahan Tuksono merupakan salah satu Kalurahan Mandiri Budaya di Kulon Progo yang berada di Kecamatan/Kapanewon Sentolo.

"Pembangunan balai budaya ini merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk sentra kerajinan serat alam dan pengemasan kuliner tahu," kata Zainuri.

Ia mengatakan Desa Tuksono termasuk desa yang rutin mengadakan upacara adat, salah satunya upacara adat bersih dusun dan luwaran, sehingga Desa Budaya Tuksono semakin dikenal di Kabupaten Kulon Progo.

Zainuri berharap pembangunan kampung tradisional dan Balai Budaya Tuksono berdampak pada ekonomi masyarakat.

"Harapan ke depan Kampung Tradisional dan Balai Budaya Tuksono dapat menjadi area pemberdayaan masyarakat di bidang pelestarian adat dan tradisi, kesenian lokal, kuliner, kerajinan, dan pariwisata yang akhirnya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, mengurangi kemiskinan dan pengangguran," kata Zainuri.

Sementara itu, Penjabat Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan pembangunan Kampung tradisional dan Balai Budaya Tuksono tidak hanya berupa bangunan balai budaya, melainkan juga menjadi tempat pembinaan potensi dan kekayaan lokal.

Untuk itu, ia berharap adanya komitmen dari semua pihak agar secara berkelanjutan dapat mengisi kegiatan pemberdayaan masyarakat di balai budaya tersebut.

"Nanti perlu adanya komitmen dari semua pihak, tidak sekedar bangunan itu ada, tetapi harus ada komitmen bagaimana mengisi dan menjaganya menjadi sesuatu yang kemudian berlanjut," kata Ni Made.

Selain komitmen, juga dibutuhkan kreativitas dan inovasi agar eksistensi kampung tradisional Tuksono terjaga dan dikenal masyarakat luas.

Untuk menjaga keberlangsungan dari aktivitas Kampung Tradisional dan Balai Budaya Tuksono, perlu adanya kreativitas dan inovasi, serta peningkatan pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana pemasaran.

"Jadi, bagaimana cara memasarkan agar orang tahu bahwa di Tuksono tidak hanya sebagai kawasan industri, namun juga ada aktivitas kreativitas masyarakat," kata Ni Made.

Paniradya Pati Kaistimewan Aris Eko Nugroho mengatakan tantangan terbesar bukan pembangunan fisik, melainkan keberlangsungan aktivitas di Kampung Tradisional dan Balai Budaya Tuksono itu sendiri.

Pembangunan fisik ini hanya salah satu sarana prasarana, tetapi yang paling penting adalah bagaimana fisik ini bisa beroperasi dengan optimal. Tuksono juga menjadi bagian bentuk baru, dimana ada balai budaya sekaligus kampung tradisional.

"Harapan kita dengan adanya kolaborasi antara keinginan aktivitas di dalam rangkaian budaya ini bisa menjadi pembeda dari tempat lainnya," kata Aris.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top