Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Diet Cinderella

Tubuh Langsing yang Bikin Pusing

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Cinderella? Pasti Anda tahu Cinderella di serial kartun identik dengan tubuhnya yang langsing? Dari sana cikal bakal nama diet cinderella ini lahir.

Diet ini berasal dari Jepang yang sekarang sedang tren dan mulai bermunculan di media sosial. Diet ini bertujuan untuk membuat orang yang melakukannya memiliki tubuh yang kurus bagaikan Cinderella. Badan yang kurus ini memiliki indeks massa tubuh (IMT) nya kurang dari 18 kg/m kuadrat.

Diet ini menantang para pelakunya untuk memiliki IMT yang kurang dari 18, di mana ukuran tersebut masuk kategori kurus. Diet Cinderella juga sering disebut dengan cinderella weight challenge.

Menurut kriteria Asia Pasifik, IMT yang normal adalah 18-22,9. Bila IMT kurang dari 18 maka itu termasuk klasifikasi kurus.

Menurut Gina Keatley, ahli gizi New York mengungkapkan ini bukanlah diet, melainkan tujuan ukuran tubuh yang tidak realistis. "Menjadi kurus bukan berarti sehat. Menjadi kurus sama saja buruknya dengan menjadi overweight (berat badan lebih)," ungkapnya.

Menurut Jessica Cording RD, diet ini memiliki pesan yang sangat buruk dan memberikan konsep bahwa kurus itu lebih baik. Ini jelas tidak aman dan meresahkan.

"Tubuh kurus tidak bisa dijadikan indikator sebagai orang paling menarik dan paling sehat. Masyarakat jangan mudah terbawa dengan program diet yang tidak terbukti secara ilmiah kebenaran dan efek sampingnya," jelasnya.

Cording mengatakan, ada sejumlah efek samping dari diet Cinderella. Berikut beberapa diantaranya.

  1. Kurang gizi

Jika Anda kekurangan berat badan justru mengindikasikan Anda mengalami kurang gizi. Kekurangan gizi ini yang akan memengaruhi berbagai kesehatan tubuh Anda, seperti terjadinya anemia dan kekurangan vitamin. Gejala yang bisa timbul pada orang yang kekurangan zat gizi seperti merasa sangat lelah, sering sakit, periode menstruasi yang tidak teratur, rambut semakin menipis, kulit kering, dan masalah gigi

  1. Menurunnya kekebalan tubuh

Penelitian menunjukan bahwa ditemukan hubungan antara meningkatnya risiko infeksi dengan kondisi kurus. Orang yang kurus dalam arti memiliki IMT di bawah normal lebih memiliki tanggapan kekebalan tubuh yang tidak cukup.

Parahnya lagi, orang yang mengalami infeksi akan cenderung mengalami penurunan nafsu makan. Nafsu makan yang menurun akan meningkatkan risiko jadi kurang gizi lebih parah lagi.

  1. Osteoporosis

Dilansir dari laman Healthline, kurus berisiko mengalami kepadatan tulang yang rendah dan osteoporosis. Penelitian 2016 pada para wanita pramenopause menemukan bahwa wanita yang kurus memiliki kepadatan tulang lebih rendah daripada wanita yang punya IMT normal.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kekurangan gizi akan meningkatkan risiko osteoporosis yang lebih besar.

  1. Tidak subur

Wanita yang memiliki IMT rendah di bawah normal akan meningkatkan risiko mengalami amenorrhea yakni kondisi di mana tidak terjadi menstruasi dan gangguan siklus menstruasi.

Kondisi gangguan siklus menstruasi ini bisa menjadi indikator bahwa tidak terjadinya pelepasan sel telur yang seharusnya terjadi pada wanita. Kondisi ini akan menimbulkan infertilitas (tidak subur) pada wanita.

Turunkan Fungsi Kognitif

Anda pasti pernah melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Namun, pola makan dalam diet yang salah ternyata bisa memengaruhi kerja otak. Alih-alih menurunkan berat badan, justru kerja otak Anda akan menurun.

Diet yang terlalu ketat bahkan menghindari asupan karbohidrat atau membatasi asupan karbohidrat ekstrem dapat membuat tubuh kekurangan glukosa (gula). Padahal, glukosa sangat dibutuhkan otak. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada orang yang memilih pola makan yang salah ketika diet.

Walaupun berat otak hanya 2 persen dari berat badan manusia secara keseluruhan, otak ternyata membutuhkan sekitar 20 persen dari asupan glukosa yang Anda konsumsi sehari-hari. Jadi, diperkirakan kebutuhan glukosa untuk otak sebesar 5,6 mg glukosa per 100 gram berat otak dalam satu menit.

Jadi, ketika Anda menjalani diet rendah karbohidrat, otak tak akan mendapatkan sumber energi. Tanpa sumber energi, kinerja otak jelas akan menurun.

Tidak seperti organ tubuh lainnya yang mampu menghasilkan sumber energi lain di samping glukosa, otak hanya mengandalkan glukosa dan oksigen. Sayangnya, tubuh tidak mampu menghasilkan glukosa, sehingga glukosa hanya didapat dari asupan makanan.

Ketika makan, asupan karbohidrat (seperti nasi, roti, dan mi) akan dipecah menjadi bentuk yang sederhana. Sesudah itu, glukosa akan diserap dalam saluran pencernaan, dibawa ke aliran darah untuk disuplai ke hati, otak, dan organ tubuh lainnya.

Di otak, glukosa akan digunakan sebagai prekursor untuk pembentukan dan kerja neurotransmiter di otak, membantu proses pengolahan informasi, dan sebagai 'bahan bakar' bagi otak.

Nah, otak akan mengalami kerusakan bila tidak mendapatkan pasokan oksigen lebih dari 4-5 menit atau penyaluran glukosanya terputus selama lebih dari 10-15 menit.

Berdasarkan penelitian di AS baru-baru ini, kelompok yang melakukan diet rendah karbohidrat ekstrem menunjukkan daya ingat yang lebih buruk setelah dites dan dibandingkan dengan kelompok yang melakukan diet rendah kalori, tapi dengan nutrisi seimbang. Maka, jelas pola makan yang Anda pilih saat diet memengaruhi kinerja otak. pur/R-1

Pola Makan Pengaruhi "Mood"

Mood ternyata juga dipengaruhi pola makan. Mereka yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat cenderung akan bersikap lebih tenang dan lebih mudah mengantuk dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi protein.

Selain itu, asupan glukosa yang seimbang juga dapat membantu memperbaiki mood Anda yang sedang buruk. Pasalnya, glukosa mampu membantu meningkatkan hormon serotonin yang berfungsi sebagai 'hormon bahagia'. Namun, bila Anda kekurangan glukosa, maka hal sebaliknya yang akan terjadi.

Berikut beberapa tips agar Anda dapat menjalani diet dengan sehat, tanpa khawatir kinerja otak Anda menurun.

Selalu konsumsi buah, sayur dan kacang-kacangan sebagai menu diet Anda. Untuk sumber karbohidrat, pilih roti gandum, oatmeal, atau nasi merah.

Menurut Kementerian Kesehatan, batas asupan pemanis dan gula yang ideal yaitu sebanyak 4 sendok makan (setara dengan 50 gram) saja per hari.

Hindari makanan yang mengandung lemak tidak sehat. Misalnya gorengan dan makanan cepat saji. Untuk sumber lemak baik, pilih alpukat, ikan, kuaci, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.

Batasi garam. Sebaiknya gunakan garam paling banyak satu sendok teh per hari. Anda dapat mengurangi penggunaan kecap, saus sambal, atau saus tomat karena di dalam makanan tersebut juga terkandung garam. Ketika memasak, gunakan rempah-rempah seperti lada hitam dan bawang putih untuk menambah cita rasa makanan.

Berolahraga secara teratur dan minum air sebanyak 6-8 gelas per hari. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top