Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea I Presiden AS Percaya Korut Ada dalam Tekanan Tiongkok

Trump Tetap Setop Latihan Militer

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan bahwa dirinya percaya memiliki hubungan baik dengan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, dan mengatakan tak ada alasan untuk menggelar latihan militer gabungan dengan Korea Selatan (Korsel). Pernyataan itu disampaikan Gedung Putih pada Rabu (29/8).

"Itu (latihan militer gabungan) tidak membantu. Meskipun demikian, Presiden Trump percaya bahwa hubungannya dengan Kim Jong-un sangat bagus dan hangat, dan tidak ada alasan saat ini untuk menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk latihan perang AS-Korsel," demikian disampaikan Gedung Putih.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis, mengisyaratkan bahwa latihan militer gabungan AS-Korsel dapat dilanjutkan.

Gedung Putih, dalam pernyataan Trump di akun media sosial Twitter miliknya, juga menyatakan Presiden AS percaya Korut berada di bawah tekanan luar biasa dari Tiongkok, tapi Beijing juga memasok Pyongyang dengan bantuan besar, termasuk bahan bakar, pupuk dan barang.

"Selain itu, Presiden Trump dapat langsung memulai latihan gabunganlagi dengan Korsel dan Jepang, jika ia menghendakinya. Jika ia melakukannya, latihan itu akan jauh lebih besar daripada sebelumnya," imbuh Gedung Putih.

Sebelumnya, Menhan Mattis mengatakan di tengah kerusakan diplomasi dengan Korut terkait masalah senjata nuklir, militer AS belum memiliki rencana menunda lagi pelatihan besar tentara dengan Korsel. Menhan Mattis bahkan menyatakan tidak ada keputusan tentang latihan militer besar-besaran untuk tahun depan, tapi mencatat bahwa penangguhan latihan militer gabungan pada musim panas ini adalah isyarat itikad baik.

Presiden Trump menyatakan bahwa banyak perencana tentara AS lengah ketika sesudah pertemuan pada 12 Juni antara dirinya dengan Kim Jong-un, mengumumkan bahwa AS menangguhkan latihan militer gabungan dengan Korsel pada musim panas ini. Langkah itu secara luas dikecam sebagai kelonggaran dini untuk Korut, yang tampaknya menentang upaya AS membujuknya untuk menyerahkan senjata nuklirnya.

Dalam temu puncak pada Juni itu, pertemuan pertama Presiden AS dengan pemimpin Korut, Kim Jong-un, setuju dalam arti luas untuk bekerja sama mewujudkan pelucutan nuklir di Semenanjung Korea. Tapi, Korut tidak memberikan tanda bersedia melepaskan senjatanya secara sepihak seperti yang diminta pemerintahan Trump.

Trump pada pekan lalu membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, ke Korut, selang beberapa jam sesudah menlu Pompeo mengumumkannya dan secara terbuka mengakui untuk pertama kali bahwa upayanya atas denuklirisasi di Pyongyang, terhenti.

Kurangi Pos Penjagaan

Pada saat sama, Korsel menyatakan sedang berupaya meningkatkan hubungan dengan Korut. Untuk itu, Kementerian Pertahanan Korsel sebelumnya telah mengatakan pihaknya akan mengurangi jumlah pos-pos penjagaan dan peralatan di sepanjang zona militerisasi, pada perbatasannya dengan Korut.

Pengurangan ini terjadi atas dasar kesepakatan yang dicapai oleh Presiden Korsel, Moon Jae-in, dan Kim Jong-un, dalam pertemuan mereka pada April lalu.

Konflik di Semenanjung Korea hingga saat ini masih terjadi karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian. Dengan demikian, dua negara itu secara teknis masih berada dalam keadaan perang.

Terkait upaya mencapai perdamaian di Korea, Presiden Moon dan Kim Jong-un, berencana melakukan pertemuan untuk ketiga kalinya tahun ini pada September mendatang.

AFP/Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP, Antara

Komentar

Komentar
()

Top