Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik Timur Tengah I Washington DC Minta Tehran Kurangi Sikap Permusuhan

Trump Siap Dialog dengan Rouhani

Foto : AFP/NICHOLAS KAMM
A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Trump secara mengejutkan menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan pemimpin Iran. Keinginan itu disebut-sebut Trump sebagai upaya mencapai perdamaian dan menghentikan penyebaran senjata nuklir.

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Senin (30/7) menyatakan siap untuk bertemu dengan pemimpin Iran, Hassan Rouhani, kapanpun dan tanpa syarat apapun. Pernyataan Trump ini dilontarkan setelah sepekan sebelumnya mewanti-wanti Tehran akan menerima konsekuensi yang amat berat dalam sengketa nuklir Iran setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir tersebut.

"Saya ingin bertemu dengan pemimpin Iran jika mereka ingin bertemu," kata Presiden Trump saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, di Gedung Putih. "Tanpa syarat. Jika mereka ingin bertemu, saya akan hadir. Ini baik bagi negara mereka dan negara kita, serta dunia," imbuh Presiden AS itu.

Merespons pernyataan undangan untuk bertemu dari Presiden Trump pada pemimpin Iran "tanpa syarat", Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menjelaskan maksud "tanpa syarat" yang disebutkan Trump yaitu Iran harus terlebih dahulu melakukan tiga langkah sebelum melakukan pertemuan.

"Presiden AS ingin bertemu dengan pemimpin Iran untuk menyelesaikan masalah-masalah, namun itu bisa terjadi jika Tehran memperlihatkan komitmen mengubah terhadap bagaimana memperlakukan warga negaranya, mengurangi sikap permusuhan, dan mau kembali mentaati kesepakatan yang bisa mencegah penyebaran senjata nuklir," kata Menlu Pompeo sembari menegaskan bahwa Presiden Trump mau berunding dan melakukan dialog dengan pemimpin Iran.

Pada Mei lalu, AS mengumumkan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dengan alasan kesepakatan multilateral dengan Tehran itu kurang sempurna dan AS memilih untuk menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.

Kesepakatan nuklir Iran 2015 dicetuskan untuk merespons ketakutan bahwa Iran akan terus mengembangkan senjata nuklirnya. Trump mencela kesepakatan nuklir Iran ini dan menyebut sebagai kesepakatan yang bodoh.

Sikap mengajak ke meja perundingan pernah dilakukan Trump saat bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Setelah melalui pendekatan yang rumit, akhirnya pertemuan antara Trump dan kim berhasil diwujudkan di Singapura pada 12 Juni lalu.

"Saya percaya dengan pertemuan. Berbicara dengan orang lain, terutama saat membahas potensi terjadinya perang dan kematian, kelaparan dan banyak hal lain, tak ada yang lebih baik daripada melakukan perundingan," kata Trump.

Reaksi Tehran

Menyikapi ajakan dari Presiden Trump, seorang penasihat dari Presiden Rouhani, pada Selasa (31/7) menyatakan setiap perundingan dengan AS harus dimulai dengan dihentikannya sikap permusuhan dan kembali pada kesepakatan nuklir.

"Hormati Iran, hentikan sikap permusuhan, AS kembali pada kesepakatan nuklir, dan semua itu akan membuka kembali hubungan yang sebelumnya memburuk," kata Hamid Aboutalebi lewat media sosial Twitter.

Aboutalebi juga menekankan bahwa dialog antara pemimpin AS dan pemimpin Iran juga harus dilandasi ide membangun langkah-langkah menuju saling percaya karena kesepakatan nuklir Iran tercapai karena landasan-landasan itu dan pencapaian itu harus diterima semua pihak.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top