Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik AS I Presiden AS Peringati Setahun Insiden Kerusuhan di Charlottesville

Trump Kecam Rasisme

Foto : AFP/SAUL LOEB
A   A   A   Pengaturan Font

Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan kecaman segala bentuk rasisme pada peringatan satu tahun kerusuhan di Charlottesville, Virginia. Trump menyebut rasisme sebagai hal yang tak masuk akal.

CHARLOTTESVILLE - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang sering dituduh merendahkan warga non-kulit putih, pada Sabtu (11/8) menyatakan kecaman atas rasisme pada peringatan satu tahun kerusuhan yang dipicu oleh aksi unjuk rasa kelompok neo-Nazi di Charlottesville, Virginia.

"Kerusuhan di Charlotessville setahun lalu yang berakhir dengan pertumpahan darah dan perpecahan yang tak masuk akal," cuit Trump di media sosial Twitter. "Kita harus bersatu sebagai bangsa. Saya mengecam segala bentuk rasisme dan aksi kekerasan. Damai untuk semua warga Amerika!" imbuh dia.

Saat terjadi aksi kerusuhan di Charlotessville tahun lalu, seorang warga bernama Heather Heyer dilaporkan tewas dan ada puluhan warga mengalami luka-luka saat terjadi bentrokan antara kelompok ultrakanan dengan lawan mereka.

Komentar Trump di Twitter dilontarkan saat kelompok antifasis melakukan aksi pawai demonstrasi damai di Charlottesville untuk menentang supremasi kulit putih pada akhir pekan lalu. Pada Minggu (12/8) rencananya kelompok ultrakanan akan menggelar aksi tandingan di luar Gedung Putih.

Saat terjadi pertumpahan darah di Charlotessville setahun lalu, Trump menuai cemoohan karena tak mau mengutuk aksi kelompok nasionalis kulit putih yang melakukan aksi kekerasan.

Senator kubu Demokrat yang mewakili Negara Bagian Virginia, Mark Warner, menyatakan bahwa Trump telah membuka jalan bagi kelompok nasionalis kulit putih untuk menyebarkan kebencian dan kemunafikan. "Penyebar kebencian dan kemunafikan ini semakin percaya diri dalam menyampaikan pesan mereka secara terbuka karena seorang presiden menolak untuk mengecam mereka secara lantang," tulis Warner di Twitter. "Kita harus bisa memperlihatkan bahwa sikap saling menghormati, keterbukaan dan toleransi satu sama lain adalah nilai-nilai yang membedakan kita sebagai warga negara," imbuh dia.

Para pejabat segera menyatakan keadaan darurat di Kota Charlottesville dan Negara Bagian Virginia, agar mereka bisa mengerahkan aparat keamanan negara bagian dan kota untuk menjaga keamanan.

Penjagaan amat ketat terlihat di Kota Charlottesville dimana barikade beton dan mobil polisi dibentuk di sekitar pusat kota dan hanya menyisakan jalur sempit yang bisa dipergunakan pejalan kaki.

Ototitas setempat menyatakan bahwa mereka telah menahan dua orang karena melanggar properti dan membuat kekacauan, namun kemudian mereka dibebaskan setelah mendapat surat teguran keras.

Tekanan Politik

Dalam aksi protes yang terjadi pada 11 Agustus tahun lalu tahun lalu melibatkan ratusan simpatisan neo-Nazi. Saat berdemo, mereka membawa senjata serta meneriakkan slogan-slogan nasionalis kulit putih. Aksi mereka mengingatkan banyak pihak dengan aksi kelompok rasis di AS bagian selatan sebelum gerakan Hak Sipil.

Aksi demo mereka dipicu olehprotes langkah untuk memindahkan patung-patung pemimpin kelompok Konfederasi AS, termasuk patung Jenderal Robert E Lee. Bentrokan antara pendukung neo-Nazi dan kelompok antifasis tak bisa dihindari dan meletus pada 12 Agustus.

Setelah terjadi bentrokan ini, Trump dikritik keras karena pada awalnya ia berusaha menempatkan tanggung jawab moral yang sama kepada kedua kelompok ini dan menolak mengkritik kelompok ultrakanan. Namun kemudian Presiden Trump akhirnya menyerah pada tekanan politik dan mengecam kelompok nasionalis kulit putih.

Trump pernah mengatakan warga Meksiko yang melintasi perbatasan adalah pemerkosa dan pedagang narkoba, serta ia juga pernah menyebut Miss Universe keturunan Hispanik sebagai "Miss Pembantu Rumah Tangga".

Yang terakhir tudingan rasisme Trump dikemukakan oleh mantan pejabat Gedung Putih bidang komunikasi yang juga pernah mengikuti acara televisi realitas "The Apprentice" yang dibawakan oleh Trump yaitu Omarosa Manigault Newman. Omarosa menyatakan bahwa Trump berulang kali menyatakan ungkapan bernada rasisme dalam acara itu dan ada bukti rekaman suara untuk membuktikan penyataan Omarosa.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top