Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Migran l Migran Berdemonstrasi di Wilayah Perbatasan Meksiko

Trump Ancam Tutup Perbatasan

Foto : AFP/Guillermo Arias

Anak Migran l Beberapa anak dari migran asal Honduras, bermain dengan polisi federal Meksiko yang berjaga di pos perbatasan Pelabuhan El Chaparral di Tijuana, Kamis (22/11). Para migran ini berada di perbatasan Meksiko-AS dengan harapan bisa mendapatkan suaka di Negara Paman Sam.

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan menutup pintu perbatasan jika upaya untuk mengendalikan gelombang migran mengalami kegagalan.

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengeluarkan ancaman terkait isu gelombang migran asal Amerika Tengah yang berduyun-duyun datang ke negaranya. Kali ini Presiden Trump mengancam akan menutup perbatasan antara AS-Meksiko setelah jumlah pencari suaka semakin banyak mendatangi perbatasan.

"Jika kami mendapati pihak Meksiko kehilangan kendali di perbatasan, maka kami akan menutup pintu perbatasan untuk periode waktu yang tak bisa ditentukan hingga kami bisa mengkontrol seluruh perbatasan," kata Presiden Trump.

Ancaman Trump itu dilontarkan saat perayaan Thanksgiving (Hari Bersyukur) pada Kamis (22/11). Pada saat bersamaan, ribuan migran telah tiba di kota perbatasan Tijuana di Meksiko, dan mereka berharap bisa mendapatkan suaka.

Sebelumnya pihak Gedung Putih telah mengeluarkan memo yang mengizinkan pasukan penjaga perbatasan AS untuk menggunakan kekuatan mematikan di perbatasan jika terpaksa.

Ribuan migran asal Amerika Tengah ini kabur dari negaranya akibat tingginya angka kejahatan, kemiskinan yang akut, dan untuk menghindari persekusi politik. Mereka berasal dari Hunduras, El Salvador, dan Guatemala.

Gelombang migran ini memulai perjalanan mereka ke wilayah AS sejak Oktober lalu dan telah menempuh jarak sekitar 4.400 kilometer. Arus migran ini memang kerap terjadi, tetapi gelombang migran kolektif saat ini jumlahnya tak biasa. Para migran sering lebih suka bepergian berkelompok untuk menghindari perjalanan berbahaya melalui Meksiko ke perbatasan.

Presiden AS menyebut gelombang migran ini sebagai aksi invasi dan menyebut kelompok migran ini dipenuhi oleh orang-orang jahat.

Aksi Protes

Sementara itu dari perbatasan Meksiko dilaporkan bahwa para migran telah melakukan aksi demonstrasi dan berteriak-teriak menuntut agar Presiden Trump membolehkan mereka masuk ke wilayah AS.

Di sisi lain perbatasan, terlihat tentara dan polisi antihuru-hara AS yang turut menjaga perbatasan, semakin memperkuat penjagaannya. Aksi demonstrasi ini tercetus setelah Presiden Trump mengeluarkan ancaman untuk menutup pintu masuk perbatasan.

Akibat aksi demonstrasi ini, antrean kendaraan dan warga di pos perbatasan San Ysidro, terhenti selama 40 menit. Untuk mengantisipasi agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, polisi AS yang dilengkapi helm dan senapan terlihat membuat pagar betis menghadap ke perbatasan Meksiko.

"Buka perbatasan Trump. Kami tak ingin berperang namun mencari pekerjaan," teriak migran asal Honduras, Alberto Ruiz, 22 tahun. "Ayo ke perbatasan. Kita bisa mendesak Trump di sana. Jangan buang waktu dan berdiam diri saja," teriak migran asal Honduras lainnya yang bernama Carlos Rodriguez. AFP/AlJazeera/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top