Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Perkembangan Makroekonomi | Inflasi April Berpotensi Naik hingga di Kisaran 0,96-1,01% (mtm)

Tren Kenaikan Inflasi Bakal Berlanjut

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Inflasi kembali meningkat pada Maret lalu karena didorong kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, terutama cabai merah dan minyak goreng. Kenaikan tersebut diperkirakan berlanjut pada April ini karena berbarengan dengan Ramadan dan menjelang Lebaran.

Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (1/4), melaporkan inflasi pada Maret lalu tercatat sebesar 0,66 persen secara bulanan (mtm). Capaian tersebut berbanding terbalik dibandingkan catatan pada bulan sebelumnya ketika terjadi deflasi sebesar 0,02 persen (mtm).

"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau itu cukup besar andilnya terhadap inflasi Maret ini yang berasal dari cabai merah dengan andil 0,1 persen karena terpengaruh pada suplai yang terbatas," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/4).

Margo menjelaskan suplai cabai merah yang terbatas disebabkan oleh adanya pergeseran musim yakni seharusnya pada Maret sudah memasuki musim kemarau, namun ternyata masih ada musim hujan. Selain cabai merah, kenaikan harga minyak goreng juga memicu inflasi pada Maret dengan andil sebesar 0,04 persen.

Kenaikan harga minyak goreng pada Maret lalu disebabkan pemerintah mencabut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Minyak Goreng Sawit sehingga harga diserahkan ke mekanisme pasar.

Dengan terjadinya inflasi bulan lalu, inflasi tahun kalender Maret 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 1,2 persen, sementara inflasi secara tahunan (yoy) atau Maret 2022 terhadap Maret 2021 mencapai 2,64 persen.

Ke depan, Kepala Ekonom PermataBank, Joshua Pardede, memperkirakan tren peningkatan inflasi berlanjut pada April ini. Menurutnya, sejumlah faktor akan mempengaruhi laju inflasi pada bulan ini.

Kenaikan konsumsi selama Ramadan dan menjelang Lebaran diperkirakan dapat menggejot inflasi bulan ini. Terlebih lagi, awal bulan ini pemerintah menaikkan PPN menjadi 11 persen dari ketetapan awal sebesar 10 persen.

Kenaikan PPN itu berpotensi menyumbang inflasi pada April 2022 sebesar 0,3-0,35 persen dari inflasi Maret 2022 sebesar 0,66 persen (mtm). Karena itu, Josua memproyeksikan, inflasi pada April 2022 berpotensi di kisaran 0,96-1,01 persen (mtm) karena adanya kenaikan tarif PPN jadi 11 persen.

"Selain itu, sektor transportasi juga diperkirakan turut andil dalam menggerakkan inflasi bulan ini. Pasalnya, pemerintah telah memberikan lampu hijau bagi masyarakat untuk melakukan mudik Lebaran tahun ini," ujarnya dalam siaran salah satu stasiun swasta di Tanah Air, Jumat (1/4).

Dampaknya Kecil

Di sisi lain, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan dampak kenaikan PPN terhadap inflasi pada 2022 relatif kecil, sekitar 0,4 persen. Karena itu, Kemenkeu optimistis inflasi tahun ini tetap terjaga sesuai perkiraan pemerintah di kiaran 2-4 persen (yoy).

"Kalau kita evaluasi kenaikan PPN sendiri, mudah-mudahan dampaknya tidak signifikan kalau berdasarkan hitungan kita," kata Staf Ahli Kemenkeu bidang Kepatuhan Pajak, Yon Arsal, di Jakarta, Jumat (1/4).

Menurutnya, selain kenaikan PPN, inflasi di 2022 juga dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas dunia. Sumbangan kenaikan PPN terhadap inflasi diperkirakan tidak signifikan karena beberapa barang kebutuhan pokok masyarakat penyumbang inflasi, seperti beras dan sayur-sayuran, termasuk Barang Kena Pajak yang bebas PPN.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top