Transisi ke Energi Hijau Harus Konkret
Pakar pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, Surabaya, Ramdan Hidayat, mengatakan Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam transisi ke ekonomi hijau yang akan diinisiasi pada KTT G20 2022. Itu dapat didorong melalui potensi BUMN untuk membantu pemenuhan kemandirian energi lewat EBT.
"Kita tidak boleh ketinggalan karena peluangnya sangat besar, saatnya menjadi kebangkitan pertanian berbasis argoindustri untuk memerangi impor, lewat subtitusi impor. Banyak potensi, kita dapat meniru Thailand yang sudah menghasilkan bio etanol, di atas 95 persen bila dicampur dengan premium akan menjadi bio premium. Hasil pembakaran ketel pabrik bisa menghasilkan listrik untuk dijual, ini yang dilakukan Thailand," kata Ramdan.
Pertamina juga bisa ambil peran dengan program 20 persen konten hayati. Banyak senjata yang bisa diandalkan untuk hilirisasi.
Justru kalau tidak ambil peranan, akan diisi dari luar. Ini tidak hanya mendukung kemandirian pangan, tapi juga mengarah ke energi bersih dan kemandirian energi. Pada era sebelumnya, menteri jalan sendiri-sendiri, dan impor terjadi di Kementerian Perdagangan, dengan berbagai perombakan di BUMN dan koordinasi Presiden, diharapkan ini dapat ditekan.
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya