Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Topan Shanshan Ganggu Transportasi di Jepang

Foto : AFP/Philip FONG

Hentikan Operasi | Dua warga Jepang berjalan melewati gerbang akses ke jalur kereta peluru Shinkansen di Stasiun Tokyo yang ditutup pada Sabtu (31/8). Layanan Shinkansen dihentikan setelah Topan Shanshan menerjang di Jepang.

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Topan kuat yang kini telah melemah menjadi badai tropis dilaporkan masih mengganggu arus penerbangan dan kereta di Jepang pada Sabtu (31/8) lalu, dan pihak berwenang setempat telah mengeluarkan peringatan kemungkinan tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat.

Shanshan, yang saat menghantam merupakan salah satu topan terkuat yang melanda Jepang dalam beberapa dekade, menerjang Pulau Kyushu pada 29 Agustus lalu, tetapi kini kecepatannya telah berkurang menjadi 90 kilometer/jam dari 252 kilometer/jam.

"Topan tersebut telah menewaskan sedikitnya 7 orang dan melukai lebih dari 120 orang lainnya," menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Jepang.

Setelah diturunkan menjadi badai tropis, Shanshan berada di lepas pantai wilayah Wakayama barat dan bergerak ke timur.

"Harap tetap waspada terhadap tanah longsor, banjir, dan sungai yang meluap," ucap Badan Meteorologi Jepang.

Sebuah kota di wilayah Gifu bagian tengah, mengeluarkan peringatan evakuasi tingkat tinggi kepada 2.000 penduduknya di dekat sungai yang meluap, sementara beberapa kota di Hokkaido utara dilanda hujan lebat.

Lebih dari 32.000 rumah tangga di wilayah selatan Kagoshima, tempat Shanshan menerjang daratan pada Kamis, masih tanpa listrik, menurut operator.

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim meningkatkan risiko hujan lebat di Jepang dan tempat lainnya karena atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak air.

Hujan deras pada tahun 2021 memicu tanah longsor dahsyat di kota resor pusat Atami yang menewaskan 27 orang. Dan pada tahun 2018, banjir dan tanah longsor menewaskan lebih dari 200 orang di Jepang bagian barat selama musim hujan tahunan di negara tersebut. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top