Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Surat Bu Rossa

Tips untuk Pemimpin Saat Menghadapi Tekanan Tinggi di Masa Pandemi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pertanyaan:
Bu Rossa, pandemi Covid yang tak kunjung berakhir membuat situasi semakin sulit. Profit terus menurun, karyawan mengalami demotivasi dan kekompakan tim merenggang.
Berkali-kali saya berada di situasi dengan tingkat stres yang tinggi. Saat saya salah mengambil keputusan, situasi perusahaan dan karyawan makin memburuk.
Mohon advisnya Bu, agar saya dapat memimpin bisnis dengan lebih baik di masa pandemi.
Jawaban:
Ketika pandemi Covid membawa banyak negara ke jurang resesi, para pemimpin organisasi bisnis menghadapi tantangan dan tekanan luar biasa yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya dan mereka pun berusaha secepatnya beradaptasi. Anda tidak sendiri dalam hal ini karena semua pemimpin menghadapi situasi yang sama.
Berikut ini beberapa pilihan langkah survival untuk para pemimpin yang bisa Anda terapkan untuk perusahaan Anda.

"Deliberate Calm"
Seperti prinsip "pakai masker oksigen Anda lebih dulu sebelum membantu orang lain memakai masker mereka", pemimpin yang baik tahu apa yang harus dilakukan pertama kali dalam situasi krisis.
Langkah paling dasar menghadapi tekanan adalah memastikan diri Anda tetap waras dan sehat. Tetap tenang dan berpikir jernih atau deliberate calm, harus dilakukan para CEO sebelum mengambil keputusan strategis.
Krisis dan tekanan yang berat mungkin menyebabkan Anda lelah, kehabisan energi, dan merasa tak berdaya. Stres merupakan hal wajar, tetapi Anda tetap harus mengelola tingkat stres Anda agar tidak mengganggu kesehatan mental.
Untuk menenangkan pikiran dan memulihkan tubuh, perbanyak ibadah dan berdoa. Selain itu, Anda juga dapat melakukan berbagai aktivitas ringan yang membuat perasaan bahagia dan relaks seperti membaca buku, berolahraga, mengambil waktu untuk tidur nyenyak, dan aktivitas lain bersama keluarga.
Setelah kembali bersemangat, baru Anda bisa merencanakan lagi strategi bisnis yang lebih baik.

Pahami Aspek Psikologis
Anggota Tim
Di bulan-bulan pertama menghadapi krisis, karyawan masih optimistis. Tetapi setahun berikutnya mereka mulai percaya bahwa situasi tidak akan segera membaik. Sebagian mulai frustrasi melihat teman, saudara, dan kerabatnya yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
Karyawan Anda punya ketakutan yang sama. Mereka terus bertanya-tanya apakah perusahaan baik-baik saja atau tak lama lagi mereka juga akan kehilangan pekerjaan. Dalam kondisi psikologis tidak bahagia seperti ini, karyawan akan kehilangan motivasi dan cenderung kurang produktif.
Meski bisnis terdampak pandemi dan mengalami kesulitan, Anda tetap harus terus memotivasi karyawan. Jika perlu, Anda dapat meyakinkan karyawan bahwa perusahaan sedang bekerja keras untuk mempertahankan mereka dan menghindari PHK, lalu ajak mereka untuk terlibat dan berjuang bersama.

Ubah Skala Prioritas
Pandemi membuat bisnis berantakan, menurunkan pendapatan serta membatalkan rencana dan agenda penting perusahaan. Para pemimpin harus berusaha keras dan mencari cara untuk bertahan.
Pemimpin yang baik mengerti bagaimana mengubah prioritas dari bisnis ke masalah keselamatan seluruh karyawan. Ingatlah, karyawan adalah aset berharga perusahaan. Sebelum berpikir soal mengembalikan profit, Anda sebaiknya menciptakan proses kerja dan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi karyawan Anda.
Jika Anda harus mempekerjakan karyawan di kantor, maka pastikan bahwa protokol kesehatan telah diterapkan secara ketat. Buat kebijakan untuk membantu karyawan Anda tetap sehat selama pandemi, misalnya memberikan kesempatan work from home dan cuti tambahan agar mereka bisa istirahat.

Kembangkan Manajemen Krisis
Saat menghadapi tekanan yang hebat, pemimpin yang baik menerapkan manajemen krisis yang tepat untuk menghadapi situasi yang serba tidak pasti. Contohnya adalah menerapkan mode survive.
Beberapa kebijakan mungkin membuat karyawan tidak nyaman atau keberatan. Misalnya, mode survive menuntut setiap orang bekerja "tidak biasa" melebihi saat situasi normal.
Tetapi, ini pilihan paling masuk akal agar perusahaan tidak kehilangan pendapatan dan berakhir dengan PHK karyawan. Kuncinya adalah menanamkan sense of belonging, sehingga mereka bersedia bekerja sama dan memiliki sikap yang sama dengan manajemen perusahaan dalam situasi sulit.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top