Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemblokiran Aplikasi

Tiongkok Tuding India Diskriminatif

Foto : ISTIMEWA

Kantor Tencent

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING -Tiongkok mengecam keputusan India yang memblokir aplikasi-aplikasi buatan Tiongkok, termasuk game populer PUBG.

Raksasa internet Tencent, pembuat aplikasi Tiongkok, bersama 118 aplikasi lainnya, menjadi target terbaru pemblokiran India.

Pemblokiran ini adalah buntut dari sengketa wilayah di perbatasan Himalaya. Setidaknya 20 tentara India tewas dalam baku hantam dengan tentara Tiongkok pada Juni lalu. India lalu melakukan aksi balasan, dengan memblokir sejumlah aplikasi buatan Tiongkok, termasuk TikTok.

Kemudian pada Rabu (2/9) India mengumumkan pemblokiran PUBG, yang tak hanya memicu kemarahan Tiongkok tapi juga membuat kecewa para gamers India.

"India telah menyalahgunakan konsep keamanan nasional dan mengadopsi langkah-langkah diskriminatif terhadap perusahaan Tiongkok," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, Gao Feng dalam jumpa pers online, Jumat (4/9).

Tiongkok juga dengan tegas menentang keputusan India, dan mendesak negara pimpinan PM Narendra Modi itu untuk memperbaiki keputusannya yang salah itu. Menurut Beijing, India memberlakukan pemblokiran karena ada tekanan dari Amerika Serikat (AS).

Sementara itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying, memperingatkan, AS yang "picik" agar tidak ikut campur dalam kasus pemblokiran ini.

Otoritas India mengatakan, mereka memblokir aplikasi berteknologi Tiongkok itu karena dianggap merugikan kedaulatan dan integritas India, pertahanan India, keamanan negara, dan ketertiban umum.

India makin sering menggunakan senjata ekonomi terhadap negara tetangganya itu dalam babak baru perselisihan mereka. India telah memperingatkan bahwa hubungan ini berisiko rusak permanen, kecuali jika Beijing menarik mundur pasukannya. n SB/AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top