Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Multilateral

Tiongkok Serukan Asia Bersatu untuk Cegah Krisis

Foto : NOEL CELIS/AFP

Menlu Tiongkok, Qin Gang

A   A   A   Pengaturan Font

ISTANBUL - Menteri Luar Negeri (Menlu) Tiongkok, Qin Gang, memperingatkan adanya krisis "gaya Ukraina" di Asia, dan menyerukan persatuan dalam menghadapi kesulitan di tengah upaya mewujudkan keamanan dan pembangunan.

"Asia harus menjadi panggung untuk kerja sama yang saling menguntungkan daripada papan catur untuk kontes geopolitik. Tidak ada Perang Dingin yang harus dihidupkan kembali, dan tidak ada krisis gaya Ukraina yang harus terulang di Asia," kata Qin dalam konferensi pers perdananya, Selasa (7/3).

Seperti dikutip dari Antara, Qin diangkat sebagai menteri luar negeri Desember lalu, menggantikan Wang Yi, yang dipromosikan menjadi kepala urusan luar negeri Partai Komunis.

"Mengenai siapa yang harus diandalkan dalam urusan keamanan dan ekonomi, saya percaya perlu kompak menghadapi kesulitan, bersama menciptakan keamanan dan pembangunan, dan bekerja sama membangun komunitas yang lebih dekat dengan masa depan bersama di lingkungan sekitar," kata Qin, berdasarkan transkrip yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Qin mengatakan Strategi Indo-Pasifik pimpinan AS sebenarnya adalah upaya membentuk blok yang eksklusif, untuk memprovokasi konfrontasi dengan cara membentuk "NATO versi Asia-Pasifik."

Tujuannya, menurut Qin, merusak integrasi regional melalui pengkotak-kotakan dan memangkas rantai pasok. "Klaim AS untuk 'membentuk lingkungan strategis di mana Tiongkok beroperasi' sebenarnya mengungkapkan tujuan sebenarnya dari Strategi Indo-Pasifik-nya, yaitu mengepung Tiongkok," kata Qin.

Dia mengatakan rakyat Tiongkok tidak akan pernah menerima segala bentuk revisi sejarah yang menantang tatanan internasional pascaperang dan keadilan internasional.

"Kami akan berpegang pada multilateralisme sebagai jalan ke depan. Kami akan mempromosikan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia, mempromosikan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, dan menjadikan tata kelola global lebih adil dan merata," tutur dia.

Mencapai Titik Kritis

Menanggapi pertanyaan tentang perkembangan terbaru dalam perang Russia-Ukraina, Qin mengatakan krisis telah mencapai titik kritis. "Entah permusuhan berhenti dan perdamaian dipulihkan dan proses penyelesaian politik dimulai, atau semakin diperparah dan krisis semakin meluas dan tak terkendali," kata dia.

Ia pun menegaskan krisis tersebut tidak diciptakan oleh Tiongkok. "Tiongkok tidak menciptakan krisis. Itu bukan pihak dalam krisis, dan tidak memberikan senjata ke salah satu pihak. Apa yang telah dilakukan Tiongkok sehingga pantas disalahkan, atau bahkan diberi sanksi dan diancam? Ini benar-benar tidak dapat diterima," kata Qin.

"Konflik, sanksi, dan tekanan tidak akan menyelesaikan masalah. Yang dibutuhkan adalah ketenangan, akal budi, dan dialog," tutur Qin.

Dia menyerukan agar pembicaraan damai dilakukan secepat mungkin. Krisis di Ukraina disebutnya memiliki sejarah dan akar penyebab yang rumit, dan adalah ledakan dari masalah-masalah yang sudah menumpuk dalam tata kelola keamanan Eropa.

"Masalah keamanan yang sah dari semua pihak harus dihormati. Ini adalah cara yang tepat untuk mencapai keamanan yang tahan lama di Eropa," kata dia.

Qin menyinggung adanya "tangan tak terlihat" yang memicu eskalasi konflik dan justru menggunakan krisis di Ukraina untuk melayani agenda geopolitik tertentu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top