Senin, 03 Feb 2025, 23:05 WIB
Tiongkok Kembangkan Senjata Pulsa Elektromagnetik yang Menghasilkan Ledakan Sekuat Nuklir
Foto: IstimewaPeneliti Tiongkok baru-baru ini mengklaim telah mengembangkan senjata gelombang mikro berkekuatan tinggi atau high-power microwave (HPM) yang mampu menghasilkan pulsa elektromagnetik dengan intensitas serupa dengan ledakan nuklir.
Menurut laporan, sistem yang digambarkan kompak namun sangat bertenaga itu masih menjalani pengujian laboratorium dan belum siap untuk digunakan di lapangan.
Dari The Eur Asian Times, para ilmuwan menegaskan bahwa sistem tersebut dapat menimbulkan kerusakan atau melumpuhkan seluruh komponen elektronik dalam sistem persenjataan musuh.
Senjata baru Tiongkok ini menggunakan teknologi transmisi phased-array canggih untuk memfokuskan energi secara tepat, yang memperluas jangkauannya. Desain ini meningkatkan daya rusaknya dan memungkinkannya menyerang beberapa target secara bersamaan.
Akan tetapi, pengembangannya jauh dari mudah, dan faktanya, pembuatan senjata semacam itu pernah dianggap mustahil karena risiko penghancuran diri dari denyut yang dihasilkannya.
Gelombang elektromagnetik senjata Tiongkok dapat melebihi daya satu gigawatt, dengan gelombang berputar yang memerlukan konversi tepat menjadi bentuk yang stabil dan distribusi melalui delapan saluran untuk antena array bertahap.
Dalam pembagi daya seukuran kipas pedestal, kekuatan medan listrik melampaui 80.000 volt per meter, serupa dengan pulsa elektromagnetik dari ledakan nuklir.
Laporan tersebut menekankan bahwa radiasi intensitas tinggi tersebut sangat sulit dikelola, karena sebelumnya tidak ada laporan publik mengenai transmisi array bertahap pada tingkat daya gigawatt.
Namun, kendala teknis ini berhasil diatasi oleh tim peneliti gabungan dari Universitas Teknologi Pertahanan Nasional dan Institut Teknologi Nuklir Northwest.
Ilmuwan Tiongkok mengklaim bahwa pembagi daya berkinerja tinggi yang dikembangkan oleh tim mereka mampu menahan lebih dari 5.000 emisi pulsa daya penuh tanpa tanda-tanda "erosi ekor" atau kerusakan dan mempertahankan bentuk gelombang yang stabil selama percobaan.
Lebih jauh lagi, efisiensi operasinya mencapai 96,6 persen, dan ambang batas kapasitas dayanya kemungkinan akan melampaui 1GW, memenuhi tuntutan militer akan kapasitas daya tinggi dan efisiensi transmisi pada antena array bertahap HPM.
Perlombaan Senjata Energi Terarah
Perkembangan pesat pesawat tanpa awak (drone) dan ancaman udara lainnya telah memacu perlombaan militer untuk mengembangkan dan menyebarkan tindakan balasan, khususnya tindakan yang memiliki biaya pembunuhan per tembakan yang lebih rendah.
Sistem energi terarah, termasuk laser berenergi tinggi dan gelombang mikro berdaya tinggi (HPM), telah muncul sebagai solusi yang menjanjikan, dengan militer di seluruh dunia kini menyaksikan bertahun-tahun penelitian dan pengembangan membuahkan hasil.
Salah satu keuntungan utama senjata berenergi terarah dibanding senjata kinetik tradisional adalah "kedalaman magasin" yang hampir tak terbatas. Tidak seperti senjata kinetik, yang mengandalkan amunisi terbatas yang harus diisi ulang secara manual, sistem HPM secara teoritis dapat menembak tanpa henti.
Lebih jauh lagi, senjata HPM dapat beroperasi secara tidak mematikan, berpotensi melumpuhkan kendaraan berawak tanpa melukai penumpangnya, sebuah kemampuan yang dapat mendefinisikan ulang aturan keterlibatan.
Tidak seperti laser, yang hanya dapat menembakkan sinar terkonsentrasi dalam durasi pendek, senjata HPM dapat memancarkan sinar berbentuk kerucut dengan area luas yang memungkinkannya menargetkan dan menetralisir beberapa ancaman secara bersamaan.
Teknologi ini dapat memungkinkan kapal angkatan laut untuk menetralkan kapal kecil berawak sekaligus menyelamatkan nyawa manusia. Sistem ini menggunakan antena berbentuk piringan tradisional yang memerlukan rotasi konstan untuk menyerang target yang berbeda.
Baik Tiongkok maupun Amerika Serikat tengah mengembangkan teknologi HPM, dengan militer AS berencana untuk menyebarkan sistem tersebut di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan Beijing. Tahun lalu, AS mengerahkan kapal perang, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke USS Preble, yang dilengkapi dengan senjata laser Helios canggih ke pangkalan angkatan laut Yokosuka di Jepang.
Sementara itu, Tiongkok tengah mengembangkan senjata serupa dengan tujuan untuk melawan jaringan Starlink milik SpaceX, yang telah terbukti krusial dalam konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung, membantu kemampuan Ukraina untuk melancarkan serangan terhadap posisi Rusia.
Uji coba senjata HPM terbaru Tiongkok telah menunjukkan kemampuannya untuk memancarkan pulsa elektromagnetik Ku-band, frekuensi yang digunakan oleh satelit komunikasi seperti Starlink.
Satelit Starlink, yang memiliki antena besar untuk menangkap sinyal tanah yang lemah dan mengandalkan komponen kelas komersial untuk mengurangi biaya, mungkin rentan terhadap serangan.
Beberapa pakar antariksa Tiongkok berpendapat bahwa komponen-komponen ini mungkin tidak memiliki penguatan sekelas militer yang dibutuhkan untuk menahan serangan berenergi tinggi. Akibatnya, Beijing mempercepat pengembangan senjata anti-satelit yang dirancang untuk mengganggu sistem seperti Starlink.
Menurut ilmuwan Tiongkok, senjata energi tingkat gigawatt tidak hanya dapat menargetkan pesawat tak berawak tetapi juga satelit di orbit rendah Bumi.
Selain itu, simulasi komputer terkini oleh ilmuwan Tiongkok menunjukkan bahwa 99 satelit Tiongkok dapat berhasil mendekati 1.400 satelit Starlink dalam waktu sekitar 12 jam.
Satelit-satelit ini, yang dilengkapi dengan laser, gelombang mikro, dan peralatan lainnya, dapat melakukan pelacakan, pengintaian, dan operasi lainnya, yang menantang kekebalan Starlink yang selama ini dianggap ada.
Redaktur: Andreas Chaniago
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 3 Majukan Ekosistem Digital Indonesia, Diperlukan Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
- 4 Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal
- 5 Meksiko, Kanada, dan Tiongkok Siapkan Tindakan Balasan ke AS