Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang - Ford Perbanyak Produksi Mobil Lincoln di Tiongkok

Tiongkok Enggan Lanjutkan Perundingan dengan AS

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Pemerintah Tiongkok menyatakan mustahil melanjutkan perundingan dagang dengan Amerika Serikat (AS) saat tekanan tarif impor dari Washington masih berlaku. Tiongkok terbuka untuk melakukan perundingan lanjutan, namun kedua belah pihak harus memperlakukan satu sama lain dengan adil dan hormat.


"Sekarang AS telah memberlakukan pembatasan dagang berskala besar, sambil memegang pisau ke tenggorokan seseorang. Dalam situasi seperti ini, bagaimana perundingan bisa berlanjut?" ujar Wakil Menteri Perdagangan Tiongkok, Wang Shouwen, pada konferensi pers di Beijing, Selasa (25/9).


Wang menyampaikan hal tersebut sehari setelah kedua negara menjatuhkan bea masuk baru untuk produk impor satu sama lain.

Bea impor AS terhadap produk impor Tiongkok senilai 200 miliar dollar AS (2.979 triliun rupiah) dan bea impor balasan dari Beijing untuk produk impor AS, termasuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), senilai 60 miliar dollar AS resmi diberlakukan, Senin (24/9).

Kisruh dagang antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu pun meningkat dan melemahkan pasar keuangan global.


Beberapa ronde diskusi Tiongkok-AS dalam beberapa bulan belakangan tidak membuahkan hasil. Negosiasi baru yang diprediksi dilakukan dalam beberapa pekan ke depan juga telah dibatalkan setelah Beijing pekan lalu memutuskan untuk tidak mengirim delegasi ke Washington.


"Tidak ada yang menyebut semua diskusi dagang sebelumnya percuma, tetapi AS telah mengabaikan pemahaman bersamanya dengan Tiongkok," kata Wang.


Tiongkok tidak tahu mengapa AS berubah pikiran setelah mencapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok sebelumnya, kata Wang. Dia merujuk pada diskusi yang dilakukan pada bulan Mei, ketika kerangka kerja mulai diselesaikan.


Tiongkok dipaksa membalas dendam pada AS dalam perselisihan dagang ini dan eksportir AS termasuk pemasok gas alam cair (LNG) pasti akan merugi. Namun, pembalasan Beijing akan memberikan peluang bagi negara-negara pengekspor LNG lainnya, kata Wang.

Dia menambahkan bahwa Australia adalah sumber penting bahan bakar untuk Tiongkok saat ini.


Kurang Menarik


Di tempat terpisah, pabrikan mobil asal AS, Ford, sedang mempertimbangkan percepatan rencana untuk memproduksi lebih banyak model Lincoln di pabrik-pabrik Tiongkok di tengah perang perdagangan yang memanas dengan AS.

Joseph Hinrichs, wakil presiden eksekutif Ford, mengatakan perang dagang telah membuat ekspor AS kurang menarik.


Untuk operasi global, tidak ada cara mudah dalam menyelesaikan sengketa perdagangan antara AS dan Tiongkok. Kami telah lama mendukung perdagangan yang seimbang dan bebas.


"Kami terus mendorong pemerintah AS dan pemerintah Tiongkok bahwa semua orang berkepentingan dalam keberhasilan mengatasi perbedaan kedua negara," kata Hinrichs.


Tetapi, dia mengatakan, "Saya percaya diskusi AS-Tiongkok akan berlangsung dalam beberapa waktu."


Meningkatnya bea masuk menyebabkan perusahaan kesulitan untuk merencanakan masa depan. AFP/SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top