Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyek Transportasi

Tiongkok dan Jepang Produksi Kereta Bermesin Jet

Foto : SCMP.com

Gambar Aero Train - Gambar contoh kereta produksi kerja sama Tiongkok dan Jepang yang dinamakan Aero Train. Kereta ini bertenaga mesin jet atau Aero Train dengan kecepatan 400–500 kilometer per jam.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok dan Jepang yang selama ini bersaing teknologi kereta cepat, kini malah berkolaborasi mengembangkan kereta bertenaga mesin jet atau Aero Train dengan kecepatan 400-500 kilometer per jam.

Kereta api yang melaju di atas bantalan udara (air cushion) tersebut tidak menggunakan bahan bakar fosil, baik minyak, batu bara, gas, maupun listrik. Sejumlah pakar menyatakan kereta cepat generasi terbaru itu bisa mengubah sistem transportasi dunia.

"Uji produksi dan tes laju Aero Train generasi pertama dan kedua telah dilakukan di Jepang," kata Profesor Lai Chenguang dari Chongqing University of Technology, Rabu (25/4).

Lai, yang turut terlibat dalam proyek tersebut, menjelaskan meskipun berkecepatan tinggi, namun kereta tersebut sepenuhnya akan memanfaatkan energi alam yang hemat biaya.

"Pada saat kereta mampu melaju dengan kecepatan 500 kilometer per jam maka konsumsi energinya hanya sepertiga dari konsumsi kereta cepat yang ada saat ini dan seperenam dari kereta maglev (levitasi magnetik)," jelasnya.

Selain itu, kemampuan angkut kereta tersebut juga bisa ditingkatkan dengan menggunakan teknik annular spoiler. Mengacu pada hasil studi aerodinamika, Chongqing University of Technology melakukan penelitian lebih lanjut untuk merancang model kereta generasi ketiga.

"Kereta api yang tidak menghasilkan polusi sepertinya tidak mungkin untuk diciptakan, namun bukan hal yang mustahil," kata Prof Lai.

Diluncurkan Tahun 2025

Diperoleh informasi, tes dan produksi Aero Train tersebut dilakukan di Jepang dan rencananya akan diluncurkan pada 2025.

Kereta ini nantinya akan memperpendek waktu tempuh Tokyo-Osaka, yang semula dua jam 30 menit menggunakan kereta kapsul paling cepat saat ini di Jepang, Shinkansen Nozomi, menjadi hanya satu jam.

Tim peneliti Universitas Tohoku, Sendai, Jepang, merupakan pihak yang pertama kali menyatakan mengenai proyek Aero Train itu pada sebuah konferensi internasional di Shanghai, Tiongkok.

Sama halnya seperti Shanghai Maglev, Aero Train juga tidak berjalan di atas rel. Aerodinamik yang digunakan kereta ini pendek dengan sayap kecil berbentuk U dan bergerak cepat di udara seperti terbang.

Menurut Industry Leaders, Shanghai Maglev dengan sistem levitasi magnetik seharusnya memiliki hal yang sama. Tetapi, karena udara yang dihasilkan dari bagian bawah kereta membuat hal ini menjadi tidak efisien dan mahal.

Sejak 2016, pemerintah Tiongkok terus mendorong perkembangan kereta cepat generasi selanjutnya, yang dapat membawa penumpang dengan kecepatan 500 kilo meter per jam dan kargo 250 kilo meter per jam.

Kereta ini diharapkan dapat cocok dengan berbagai rel yang ada di seluruh dunia. Tiongkok juga menggunakan sistem rel kecepatan tinggi yang digunakan oleh negara-negara seperti Amerika Serikat,

Jepang, dan Eropa. Kereta cepat produk kolaborasi Tiongkok-Jepang bisa membantu perdagangan dan peningkatan infrastruktur di negaranegara Asia hingga Afrika.

Kesepakatan kereta cepat ini juga membuat pemimpin Tiongkok banyak melakukan perjalanan ke luar negeri. Sayangnya, tidak sedikit yang mengalami penundaan pembelian kereta cepat itu karena permasalahan ekonomi. SCMP/gma/AR-2

Komentar

Komentar
()

Top