Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan I Beijing Terus Membangun Infrastruktur

Tiongkok Bangun Kanal Baru untuk Tingkatkan Perdagangan

Foto : ISTIMEWA

GAO ZHENDONG Mantan Konsultan Perusahaan Tiongkok - Nilai praktis dari proyek ini layak dinanti-nantikan.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok akan memulai pembangunan Kanal Pinglu sepanjang 135 kilometer di wilayah otonomi Guangxi Zhuang, pada Agustus. Proyek senilai 72,7 miliar yuan atau 10,1 miliar dollar AS tersebut diharapkan dapat memfasilitasi perdagangan dengan negara-negara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (Asean).

Dikutip dari South China Morning Post, baru-baru ini, pembangunan ini adalah bagian dari upaya Beijing selama bertahun-tahun untuk meningkatkan infrastruktur perdagangan dan memperkuat hubungan menghasilkan konektivitas yang lebih besar dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Otoritas Tiongkok kerap membangun jalan dan jembatan dari masa lalu, karena konektivitas memfasilitasi arus orang, barang, dan juga uang. Tetapi hanya sedikit yang mampu membangun kanal yang membutuhkan banyak tenaga kerja dan penguasaan teknologi.

Lebih dari 2.200 tahun yang lalu selama Dinasti Qin, kaisar pertama Tiongkok membangun Kanal Lingqu sepanjang 36,4 kilometer untuk mengangkut tentara guna menaklukkan suku-suku selatan dan memperluas wilayah kekaisaran.

Proyek besar Qin Shi Huang menghubungkan Sungai Xiang di Provinsi Hunan - anak sungai dari Sungai Yangtze sepanjang 6.300 kilometer dan Sungai Li di wilayah otonomi Guangxi Zhuang, Tiongkok selatan.

Pembangunan yang akan menjadi Kanal Besar, situs Warisan Dunia Unesco yang dibangun untuk menghubungkan pusat bisnis Tiongkok timur di Hangzhou dan Ibu Kota Beijing, kemudian diselesaikan selama Dinasti Yuan lebih dari 700 tahun yang lalu.

Namun hingga Agustus, ketika pembangunan Kanal Pinglu dimulai, tidak ada kanal baru yang dibangun.

Pemikiran Strategis

Proyek sepanjang 135 kilometer ini dipandang tidak hanya sebagai peluang untuk mengembangkan wilayah perbatasan barat daya Guangxi, tetapi juga menyoroti teknik konstruksi dan pemikiran strategis Tiongkok yang canggih di tengah lanskap geopolitik yang cepat berubah.

"Nilai praktis dari proyek ini layak dinanti-nantikan," kata Gao Zhendong, mantan konsultan yang membantu perusahaan Tiongkok mengeksplorasi peluang investasi di negara-negara Asia Tenggara.

"Ini setara dengan lebih banyak kapiler untuk merekatkan Tiongkok dan pasar Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara," tambah Gao, mengacu pada 10 anggota blok Asean.

Gao mengharapkan aliran kargo dua arah yang deras karena "penghematan biaya jalur air ini akan tinggi".

Kanal tersebut, proyek utama di koridor perdagangan darat-laut Barat Tiongkok untuk mencapai Teluk Beibu, juga dikenal sebagai Teluk Tonkin, dan Laut Tiongkok Selatan, diperkirakan akan membawa 108 juta ton kargo pada tahun 2035 dan 130 juta ton pada tahun 2050.

Ini akan memungkinkan kapal kontainer atau kapal curah berlayar dari ibu kota regional Nanning ke Vietnam, Malaysia, Singapura, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam beberapa minggu.

Itu juga menyandang harapan Beijing untuk menjadikan blok Asean, yang berpenduduk 600 juta jiwa dan sudah menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok, menjadi kunci untuk melawan pengaruh Amerika Serikat.

Beijing telah memperdalam kerja sama bilateral dengan mekanisme dialog tahunan, Belt and Road Initiative, dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional yang beranggotakan 15 negara, yang meliputi Tiongkok, blok Asean, ditambah Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

Sementara itu, AS berusaha mendorong beberapa negara Asia Tenggara menjauh dari Tiongkok melalui Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran, yang diluncurkan pemerintahan Biden pada Mei tahun lalu.

Dalam pertemuannya dengan para menteri luar negeri Asean di Jakarta awal bulan ini, diplomat top Tiongkok, Wang Yi, menyerukan kerja sama menyeluruh untuk memperdalam kemitraan strategis bilateral dan membangun komunitas yang lebih dekat dengan tujuan bersama.

Kedua belah pihak telah mengadakan tiga putaran pembicaraan sejak Februari untuk memperbarui perjanjian perdagangan bebas yang ada, yang akan meningkatkan arus orang dan barang.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top