Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Tiongkok Balas AS, Naikkan Tarif Impor

Foto : AFP/CHINA OUT

BAKAL TERGANGGU -Polisi Tiongkok mengawasi kapal kargo di Pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong, beberapa waktu lalu. Aktivitas ekspor-impor di pelabuhan bakal menurun menyusul perang dagang AS dan Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok menaikkan tarif impor 128 produk Amerika Serikat (AS), seperti daging, buah-buahan, hingga kacang-kacangan mulai Senin (2/4). Kebijakan ini sebagai balasan terhadap kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang menaikkan tarif impor produk baja dan aluminium asal Tiongkok.

Langkah terbaru pemerintah Tiongkok tersebut diumumkan oleh Kementerian Keuangan Tiongkok dalam sebuah pernyataan pada 1 April 2018. Disebutkan, Komisi Tarif Bea Cukai Tiongkok menerbitkan keputusan tentang pemberlakuan tarif impor produk daging babi dan scrap aluminium asal AS sebesar 25 persen, sementara untuk 120 produk AS lainnya, seperti almon, apel, dan buah beri dikenakan tarif 15 persen.

Produk-produk yang terkena tarif impor itu sama dengan daftar rencana yang dirilis 23 Maret lalu. Saat itu, Tiongkok mengatakan barang-barang produk AS yang terkena dampak memiliki nilai impor sebesar tiga miliar dollar AS. Produk itu di antaranya anggur, buah segar, buah kering dan kacang-kacangan, pipa baja, modifikasi etanol, dan ginseng.

Para pejabat Tiongkok telah memperingatkan selama beberapa minggu terakhir akan mengambil tindakan terhadap AS. Kementerian Perdagangan Tiongkok dalam sebuah pernyataan mengatakan pihaknya akan mengambil tindakan hukum terhadap AS di bawah kerangka Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Tiongkok merencanakan tarif 25 persen untuk impor daging babi AS dan 15 persen tarif pipa baja, buah, dan anggur Amerika," kata pernyataan itu. Kepala Strategi investasi Standard Chartered Private Bank, Steve Brice, mengatakan aksi balasan Tiongkok terhadap AS merupakan sikap pemerintah.

"Pembalasan Tiongkok adalah pernyataan yang tegas, tapi itu bukan eskalasi dalam pendapat kami," katanya. Seperti diketahui, Presiden AS, Donald Trump, berkali-kali menyoroti besarnya surplus neraca perdagangan Tiongkok atas AS. Bahkan, selama masa kampanye pilpres, Trump berjanji memangkas defisit neraca perdagangan AS terhadap Tiongkok.

Kebijakan tarif impor yang diberlakukan AS pun memicu kemarahan negara-negara sekutunya. Meskipun demikian, Trump untuk sementara tidak memberlakulan tarif untuk impor baja dan aluminium dari Uni Eropa, demikian juga tak berlaku bagi Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan.

Pertumbuhan Anjlok

Sebelumnya, Direktur Jenderal WTO, Roberto Azevedo, mengatakan ada risiko bahwa perang dagang akan menyebabkan anjloknya pertumbuhan ekonomi global. "Saat ini WTO mengalami salah satu periode terberatnya," ujarnya. Azevedo menyebut, meskipun perang dagang global belum diinisiasi, namun dunia sudah melihat tanda-tanda pertama kekhawatiran tersebut.

Menurut Azevedo, skala kehancuran yang diakibatkan dari perang dagang tergantung dari arah perang dagang itu sendiri. "Jika ini terbatas pada baja dan aluminium, itu satu hal. Akan tetapi, jika kita bicara tentang ratusan atau ribuan produk, ini benar-benar hal yang berbeda. Dampaknya pun akan berbeda," tuturnya.

AFP/SB/AR-2

Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top