Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penguatan Riset

Timbel Sebabkan Beragam Gangguan Kesehatan pada Anak

Foto : ANTARA/SEAN MUHAMAD

Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Ari Prayogo SpA (kedua dari kiri), dalam diskusi yang berjudul Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan di Jakarta, Rabu (10/1).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Timbel dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada manusia, khususnya pada anak. Timbel dapat mengganggu kesehatan dalam jangka pendek, bisa melalui inhalasi atau ingesti, dihirup maupun dimakan.

"Timbel dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada manusia, khususnya pada anak," kata Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Ari Prayogo, SpA, dalam diskusi bertajuk Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan, di Jakarta, Rabu (10/1).

Seperti dikutip dari Antara, Ari mengatakan dalam jangka pendek, timbel yang masuk ke dalam tubuh dapat masuk ke dalam sel darah merah dan mengganggu fungsi organ tubuh manusia. Pada anak-anak, penyerapan pajanan timbel bisa terjadi dua sampai tiga kali lipat lebih mudah dibandingkan pada orang dewasa.

Sedangkan dalam jangka panjang, kata Ari, pajanan timbel yang terpapar dapat mengganggu fungsi sumsum tulang belakang dalam menghasilkan sel darah merah, yang dapat mengakibatkan anemia.

"Pada akhirnya, anaknya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak dengan Kadar Timbel Darah (KTD) yang tinggi dengan disertai anemia dapat mengalami gangguan perkembangan sebesar empat kali lipat," ujar Dokter Spesialis Anak itu.

Alat Masak

Pajanan timbel, kata Ari, dapat ditemukan pada benda-benda logam, namun tidak menutup kemungkinan pajanannya juga dapat ditemui di benda sehari-hari seperti alat masak.

Lebih lanjut, Ari menyebutkan timbel tidak dapat dirasakan atau dicium. Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh pajanan timbel tidak dapat dirasakan langsung oleh manusia.

Diketahui, penelitian yang dilakukan oleh FKUI bersama Yayasan Pure Earth Indonesia terhadap 564 anak-anak di empat wilayah yang berpotensi tercemar timbel dan satu wilayah netral di Pulau Jawa pada 2023 membuktikan 28 persen anak memiliki KTD sebesar 5-<10 μg/ dL, 35 persen dengan 10-<20 μg/dL, 22 persen dengan 20- <45 μg/dL, dan dua persen masing-masing dengan 45-65 μg/dL dan >65 μg/dL.

Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menetapkan batas maksimal KTD pada anak sebesar 5 μg/dL. Pihak yang sama juga menetapkan angka KTD sebesar 45 μg/dL sebagai ambang batas rekomendasi terapi.

Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan peralatan sehari-hari agar tidak terkena pajanan timbel. Salah satunya adalah dengan cara menjaga kebersihan dan mencuci tangan sebelum makan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top