Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Tata Niaga I Program Substitusi Impor Tidak Berjalan Baik

Tidak Beralasan, Pemerintah Terus-menerus Impor Jagung

Foto : ANTARA/AMPELSA

TERUS IMPOR JELANG PANEN RAYA I Pemerintah terus mengimpor pangan seperti jagung dan beras meski di dalam negeri menjelang panen raya yang akan merugikan petani. Tampak buruh pelabuhan membongkar beras impor dari kapal kargo berbendera Vietnam di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (11/10).

A   A   A   Pengaturan Font

» Keputusan pemerintah mengimpor jagung di musim kemarau menunjukkan perencanaan yang kurang baik karena menjelang panen.

JAKARTA - Pemerintah diminta untuk menyelesaikan masalah impor pangan khususnya jagung yang setiap tahun selalu berulang. Petani seharusnya dipacu dengan memberi insentif agar meningkatkan produktivitas sehingga impor jagung bisa dihentikan karena ketersediaan pasokan dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan.

Guru Besar Ekonomi Pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Masyhuri, menyayangkan keputusan pemerintah mengimpor jagung justru di musim kemarau. Padahal musim kemarau semestinya menjadi puncak panen jagung di Indonesia.

"Ini menunjukkan perencanaan yang tidak baik. Kan sudah setahun lalu tahu kalau ada El Nino. Produksi jagung semestinya justru sangat bagus, ini kok malah impor," kata Masyhuri.

Selain itu, keputusan impor saat ini menunjukkan ada kebutuhan Bulog untuk membangun gudang penyimpanan khusus jagung. Dengan adanya gudang khusus jagung, Bapanas bisa menyusun rencana stok yang matang dengan memaksimalkan produksi dalam negeri.

"Di Bantul ada Gudang Bulog khusus bawang merah. Nah, di kabupaten yang merupakan produsen jagung bisa dibuat Gudang Bulog khusus jagung atau kerja sama dengan swasta juga bisa," kata Masyhuri.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top