TGIPF Klaim Gas Air Mata Faktor Utama Kematian Massal di Tragedi Kanjuruhan
TGIPF saat konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/10)
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan telah melaporkan hasil investigasinya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/10). TGIPF menyimpulkan, gas air mata menjadi penyebab utama munculnya banyak korban meninggal dunia dalam insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10).
"Kemudian, yang mati dan sekarang kritis, dipastikan terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan. Itu penyebabnya," kata Ketua TGIPF Mahfud MD, dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, yang diunggah akun YouTube Sekretariat Kepresidenan, Jumat (14/10).
Penggunaan gas air mata dalam tragedi kanjuruhan memang menjadi sorotan publik. Polisi juga mengakui terdapat gas air mata kedaluwarsa yang digunakan dalam insiden tersebut.
Mahfud mengatakan, kadar keberbahayaan dan racun pada gas air mata itu tengah diperiksa oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Adapun, tingkat keberbahayaan, keberbahayaan racun, dalam gas itu sedang diperiksa oleh BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional. Tetapi, apapun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa mencoreng kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," ucapnya.
Ia juga membeberkan proses jatuhnya korban dalam tragedi kanjuruhan lebih mengerikan dari yang beredar di televisi dan media sosial. Ini sesuai dengan fakta yang ditemukan TGIPF yang telah melakukan rekonstruksi dari 32 CCTV yang dimiliki aparat.
"Jadi itu lebih mengerikan dari sekadar semprot, mati, semprot, mati," ujar Mahfud.
"Ada yang saling gandengan untuk keluar, satu bisa keluar, yang satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk menolong temannya. Terinjak-injak mati. Ada juga yang memberikan bantuan pernapasan, karena satunya sudah tidak bisa bernapas, membantu kena semprot juga, mati. Itu ada di CCTV. Lebih mengerikan dari pada yang beredar karena itu ada di CCTV," tambahnya.
Sebagai informasi, tragedi kanjuruhan terjadi usai kekalahan Arema FC kala menjamu Persebaya Surabaya pada Sabtu malam (1/10). Saat itu, Arema FC kalah dari tamunya dengan skor 2-3.
Suporter Arema FC yakni Aremania yang tak terima dengan kekalahan tim kesayangan, sontak turun ke lapangan usai laga. Akibatnya, bentrokan terjadi antara suporter dan aparat kepolisian.
Situasi makin mencekam kala aparat menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton. Sontak, para suporter yang berada di tribune panik dan berusaha keluar dari stadion dengan berdesak-desakan. Akibatnya, banyak penonton yang mengalami sesak napas, jatuh, dan terinjak-injak hingga tewas.
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya