Terlalu Ambisius, Evergrande Terancam Gagal Bayar Utang
TERANCAM GAGAL BAYAR I Papan nama China Evergrande Center di Hong Kong, beberapa waktu lalu. Perusahaan real estat terbesar kedua di Tiongkok, Evergrande, terancam gagal bayar (default) karena kesulitan keuangan.
Foto: PETER PARKS / AFPHONG KONG - Perusahaan real estat terbesar kedua di Tiongkok, Evergrande, terancam gagal bayar (default) karena kesulitan keuangan, padahal pada pekan ini harus membayar bunga pinjaman yang jatuh tempo ke beberapa bank.
Seperti dikutip dari Bloomberg, bank-bank besar dikabarkan belum menerima pembayaran tersebut. Total pembayaran bunga lebih dari 100 juta dollar AS itu akan jatuh tempo pada akhir pekan ini untuk dua obligasi Evergrande. Perusahaan yang berbasis di Kota Shenzhen, Tiongkok Selatan, itu mempekerjakan sekitar 200 ribu karyawan dan membuka lapangan kerja secara tidak langsung lebih dari 3,8 juta pekerjaan setiap tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, utang Evergrande menggelembung karena perusahaan ini meminjam uang untuk membiayai berbagai kegiatannya. Kelompok perusahaan itu mendapatkan reputasi buruk karena menjadi developer di Tiongkok yang paling memiliki utang besar, dengan kewajiban utang senilai lebih dari 300 miliar dollar AS.
Selama beberapa minggu terakhir, Evergrande memberi tahu investor tentang masalah arus kas dan perusahaan bisa gagal bayar jika tidak dapat mengumpulkan uang dengan cepat. Evergrande dalam pengumumannya ke bursa mengaku kesulitan menemukan pembeli untuk beberapa asetnya.
Sikap Agresif
Menurut para ahli, ambisi dan sikap agresif Evergrande membuatnya terjerumus. Direktur Unit Intelijen Ekonomi Tiongkok, Mattie Bekink, menyatakan Evergrande menyimpang jauh dari bisnis intinya.
Sedangkan analis Goldman Sachs mengatakan struktur Evergrande juga membuatnya sulit untuk memastikan gambaran yang lebih tepat tentang pemulihan Evergrande. Mengutip dari CNN, hal itu lantaran kompleksitas Evergrande Group dan kurangnya informasi yang memadai tentang aset dan kewajiban perusahaan.
Masalah serupa rupanya bukan hal baru, karena di 2020 banyak perusahaan asal Tiongkok yang mengalami gagal membayar pinjaman. Hal itu meningkatkan kekhawatiran terkait kebergantungan perusahaan Tiongkok pada utang untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.
Kepala Ekonom Asia Capital Economics, Mark Williams mengatakan, anjloknya saham Evergrande akan menjadi ujian terbesar yang dihadapi sistem keuangan di Tiongkok selama bertahun-tahun. Dia mengatakan akar permasalahan dari Evergrande adalah permintaan properti dan hunian di Tiongkok yang terus menurun.
Runtuhnya Evergrande telah membuat investor memusatkan perhatian pada dampak gelombang default pengembang properti terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Jenderal Bintang Empat Akan Lakukan Ini untuk Dukung Swasembada Pangan
- 2 Satu Dekade Transformasi, BPJS Ketenagakerjaan Torehkan Capaian Positif
- 3 Warga Dibekali Literasi Digital Wujudkan IKN Kota Inklusif
- 4 Butuh Perjuangan Ekstra, Petugas Gabungan Gunakan Perahu Salurkan Bantuan ke Lokasi Terisolasi
- 5 Pengamat: Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Dieksploitasi "Pemain" Judol
Berita Terkini
- The Fed AS Diperkirakan Akan Kembali Pangkas Suku Bunga
- Utusan AS: Trump Harus Aktif di Badan HAM PBB untuk Melawan Tiongkok
- Badiul Fitra: Pembangunan 3 Juta Rumah Berpotensi Gerus Lahan Pertanian
- Jelang Nataru, Kemenhub Optimalkan Pelayanan Transportasi Udara
- Timnas Indonesia Latihan Perdana Jelang Lawan Filipina