Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Terancam Resesi, Jerman Disebut akan Kehilangan 'Kemakuran Permanen'

Foto : AP

Kanselir Jerman Olaf Scholz.

A   A   A   Pengaturan Font

Lembaga Riset ekonomi terkemuka Jerman memprediksi resesi akan membuat raksasa ekonomi Eropa itu akan kehilangan kemakmuran permanen yang selama ini dirasakan Jerman.

The Rheinisch-Westfälisches Institut für Wirtschaftsforschung (RWI), baru-baru ini memangkas perkiraan mereka untuk 2023. Mereka sekarang memperkirakan resesi 0,4 persen, bukannya pertumbuhan 3,1 persen yang diperkirakan sebelumnya.

"Revisi ini terutama mencerminkan tingkat krisis energi," kata RWI Leibniz Institute for Economic Research, Halle Institute for Economic Research (IWH), Kiel Institute for the World Economy dan ifo Institute dalam perkiraan musim gugur bersama mereka.

"Meskipun situasi diperkirakan agak mereda dalam jangka menengah, harga gas kemungkinan akan tetap jauh di atas tingkat sebelum krisis," kata lembaga itu, seraya memperingatkan bahwa "ini akan berarti hilangnya kemakmuran permanen bagi Jerman."

Inflasi di Jerman pada Kamis (29/9) juga terus melonjak ke rekor baru 10 persen pada September. Menurut angka awal oleh Kantor Statistik Federal, harga energi naik sangat tajam, sebesar 43,9 persen tahun-ke-tahun.

Atas dasar itu, Kanselir Olaf Scholz pada Kamis (29/9) mengumumkanJerman siapkan dana hingga 200 miliar euro atau sekitar Rp3,086 triliun untuk menstabilkan ekonomi negara itu selama krisis energi, yang akan dikelola oleh lembaga Dana Stabilisasi Ekonomi (Economic Stabilization Fund/WSF), sebuah lembaga yang dibentuk ketika awal pandemi COVID-19 melanda Jerman.

WSF akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara. Adapun sebelum krisis energi, pemerintah sudah memberikan paket bantuan inflasi senilai 95 miliar euro.

Scholz juga mengatakan bahwa pungutan gas yang banyak dikritik, yang akan memungkinkan perusahaan utilitas untuk membebankan biaya energi yang tinggi kepada konsumen, tidak akan diperkenalkan. Sebaliknya, perusahaan akan menerima dukungan secara langsung, untuk menghindari beban keuangan tambahan pada warga.

"Kami sangat siap untuk situasi ini," kata Scholz, seraya menambahkan bahwa dia memperkirakan tidak akan ada pasokan gas dari Rusia di masa mendatang, menyusul insiden bocornya jaringan pipa gas alam Nord Stream yang mengalirkan gas alam Rusia ke Eropa.

Jerman pun telah secara aktif mencari mitra dagang baru dan memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir sejak dimulainya invasi Rusia di Ukraina.

Mengutip Antara, Jerman sendiri masih mengoperasikan dua dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir pada kuartal pertama 2023, meskipun ada rencana penghentian nuklir pada akhir tahun ini.

Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner optimis bahwa langkah-langkah stabilisasi pemerintah akan membantu melindungi kemakmuran Jerman.

"Kami kuat secara ekonomi dan kami akan memobilisasi kekuatan ekonomi ini jika perlu," ujarnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top