Tembok Perdamaian Belfast Tetap Kokoh Berdiri 25 Tahun Setelah Konflik
Tembok Perdamaian | Seorang perempuan menuliskan pesan di tembok perdamaian di Kota Belfast, Irlandia Utara pada pertengahan Maret lalu. Tembok yang jadi saksi bisu dari konflik seperempat abad lalu itu, kini jadi destinasi bagi turis mancanegara.
Membentang tinggi ke langit, penghalang antara komunitas republikan di sekitar Falls Road dan komunitas loyalis di sekitar Shankill Road adalah contoh paling mengesankan dari apa yang disebut tembok perdamaian Belfast.
Dibangun pada 1968 oleh tentara Inggris untuk memisahkan kaum republiken pro-Irlandia dari loyalis pro-Inggris pada awal dekade kekerasan sektarian di Irlandia Utara, struktur metal setinggi 14 meter itu masih berdiri sampai sekarang ini walau tertutupi grafiti.
Dan tembok itu, yang merupakan simbol abadi dari perpecahan yang terus melanda provinsi tersebut meskipun konflik berakhir pada 1998, saat ini telah menjadi daya tarik wisata.
"Saya tidak menyadari ada begitu banyak tembok yang masih berdiri, pasti tidak sampai 25 tahun kemudian," kata Lori Castillo, seorang turis Amerika, kepada AFP pada akhir Maret lalu sambil tersenyum dan membubuhkan tanda tangannya di tembok itu.
Tembok itu adalah salah satu dari 75 tembok di Belfast, yang secara kolektif terbentang sepanjang 13 kilometer. Padahal pada 2013, pemerintah lokal Irlandia Utara telah menetapkan tenggat waktu 10 tahun untuk merobohkan tembok tersebut.
Namun langkah merobohkan tembok itu ditentang oleh warga yang mengatakan mereka masih membutuhkan perlindungan fisik dan psikologis yang diberikan oleh tembok penghalang tersebut agar mereka terhindar dari petaka.
"Tembok itu masih merupakan mekanisme keselamatan bagi masyarakat," kata Ian Shanks, kepala Aksi Transformasi Komunitas, yang bekerja untuk mengintegrasikan kembali mantan pejuang paramiliter loyalis.
Michael Culbert, mantan anggota paramiliter yang dipenjara selama 16 tahun karena membunuh tentara Inggris dan sekarang membantu merehabilitasi mantan tahanan republik sambil menawarkan tur ke Belfast barat, mencatat, mungkin ada banyak alasan kebutuhan hingga warga merasakan perlindungan.
"Mereka mungkin tidak mempercayai proses perdamaian," kata mantan anggota Tentara Republik Irlandia (IRA) itu.
Menurut Rob McCallum, seorang pemimpin asosiasi Katolik di daerah Belfast utara di mana dua komunitas bertemu, memang tidak pernah ada rencana untuk menghapus tembok tersebut, karena fungsi dari tembok tersebut adalah mencoba membangun rasa saling percaya. "Karena dalam komunitas yang terpisah, Anda mungkin tumbuh dengan berpikir bahwa semua orang di sisi lain adalah musuh saya," tutur dia.
Halangi Mobilitas
Sementara itu di bagian Belfast yang modern, komunitas loyalis dan republikan memang telah berbaur dengan bebas. Sementara di kawasan tambal sulam kelas pekerja di seluruh kota, walau bisa hidup berdampingan, tetapi mereka sepenuhnya terpisah.
Jalanan tiba-tiba buntu ketika di ujungnya ada salah satu penghalang. Sementara gerbang dibuka di dalam strukturnya untuk memungkinkan pergerakan di siang hari, tetapi ditutup pada waktu yang tetap di malam hari hingga dini hari.
Dan sementara keluarga yang telah hidup dengan tembok selama beberapa generasi tidak terlalu memperhatikan tembok-tembok tersebut, namun keberadaan tembok-tembok tersebut pasti menghalangi mobilitas mereka.
"Jika sesuatu terjadi, katakanlah setelah pukul sembilan malam, Anda tidak bisa melewati komunitas lain untuk menuju ke rumah sakit di sana," kata pakar peradilan pidana bernama Jonny Byrne. "Anda harus menempuh perjalan memutar yang amat jauh sepanjang jalan," imbuh dia.
Byrne juga menganggap keberadaan tembok-tembok tersebut telah menjadi "magnet" bagi kekerasan dan kekacauan sosial.
Pada April 2021 lalu, tembok-tembok itu menjadi titik nyala bentrokan antarkomunitas di Belfast untuk saat ketegangan atas aturan perdagangan pasca-Brexit memuncak.
"Khususnya kaum muda, jika mereka ingin terlibat dalam apa yang sering kita sebut kerusuhan rekreasional, mereka akan sampai pada titik di mana mereka bisa mendapatkan reaksi dari komunitas lain," ungkap Byrne.
McCallum menjelaskan bahwa sementara beberapa ingin tembok dirobohkan, namun ada komunitas yang lain tetap terjebak secara psikologis atas peristiwa 20 atau 30 tahun yang lalu, tergantung pada dampak masalah yang menimpa mereka.
"Kegagalan untuk menghapus tembok adalah warisan dari peluang yang terlewatkan," kata Byrne. "Masyarakat di mana tembok itu ada adalah yang paling terpinggirkan secara sosial di Irlandia Utara. Mereka paling terpengaruh oleh konflik, namun mereka belum melihat beberapa manfaat besar lainnya," imbuh dia.AFP/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya