Teknologi Berbasis Analisis yang Makin Cerdas
Internet of things (IoT) telah membawa perubahan besar dalam menjalani kehidupan di era modern saat ini. Dukungan teknologi berikut ekosistem perangkat yang semakin beragam dan canggih juga memberikan pengalaman baru yang terasa kian memudahkan bagi penggunanya.
Menurut International Data Corporation (IDC) potensi pasar internet untuk segala IoT di Asia Pasifik, termasuk Indonesia sangat besar. Pada 2015, jumlah perangkat yang terhubung dengan internet telah mencapai sekitar 3,1 miliar. Diproyeksikan angka tersebut akan tumbuh menjadi 8,6 miliar perangkat pada 2020.
Erwin Sukiato, President Director Teradata Indonesia mengungkap dunia berada di ambang ledakan besar IoT, perangkat seperti connected car, lampu lalu lintas, jalan raya, hingga wearable device, akan menjadi lebih pintar dan bernilai dengan dukungan teknologi analitik baru di dalamnya.
Dalam pemaparannya, Erwin menjelaskan bahwa Teradata salah satu perusahaan yang fokus bergerak di bidang IoT ini telah mengembangkan kemampuan 4D analytics pertama untuk industri.
Alhasil melalui platform Teradata Analytics membuat analisa jauh lebih tajam, karena dalam prosesnya 4D Analytics akan menggabungkan data lokasi geospasial tiga dimensi dengan dimensi ke-empat.
Fitur ini dinilai relevan khususnya dalam aplikasi edge computing yang mengelola banyak data terkait lokasi dan waktu yang terus menerus berubah. Sekadar informasi, edge computing sendiri merupakan metode untuk mengoptimalkan komputasi awan dengan membawa pemrosesan ke perangkat pendukung personal seperti wearable device, untuk menjadi sumber data.
Erwin pun mencontohkan penggunaan 4D Analytics dapat menganalisa pola kendaraan dan lalu lintas, misalnya pola mobil pribadi, kereta api, taksi dan juga lampu lalu lintas. Data-data ini dapat dipakai untuk membuat kota pintar menjadi semakin cerdas.
Lalu mempelajari data sensor dari armada kendaraan seperti waktu dan rute perjalanan untuk mengoptimalkan laju gerakan operasi kendaraan, serta dapat memprediksi berbagai kemungkinan risiko sehingga memiliki dampak bisnis yang lebih dalam.
"Untuk transportasi misalnya, layanannya dapat menggabungkan data waktu dengan data geospasial dengan informasi demografis, seperti pengendara lansia atau pelajar dan data cuaca. Sehingga apabila ini dilakukan dapat membuat membuat strategi penawaran khusus yang sangat bertarget langsung melalui perangkat konsumen secara real-time," tutur Erwin.
Antisipasi Kebutuhan Pelanggan
Tak dipungkiri miliaran perangkat canggih telah terhubung dari perangkat satu ke perangkat lainya. Ekosistem itu terus tumbuh dan berkembang menjadi sebuah intelligent system. Ketika perangkat dan sistem cerdas ini saling berbagi data di cloud dan kemudian diolah, makan akan mentrasformasi bisnis, hidup manusia dan dunia lebih canggih lagi.
Bisnis yang potensial di Indonesia untuk memanfaatkan teknologi 4D Analytic ialah bank, menurut Erwin momentum digitalisasi harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, terlebih layanan keuangan digital kian naik daun, sedangkan Indoneisa memiliki populasi non-nasabah (belum tersentuh layanan bank) terbesar ketiga di dunia.
"Orang yang menggunakan perangkat pintar yang mengakses datanya, memungkinkan bank untuk memberi gambaran lengkap keuangan secara real-time. Melalui cara itu pihak bank dapat mengantisipasi kebutuhan pelanggan melalui data yang terkumpul tersebut. Alhasil solusi dan saran tepat dapat membantu pelanggan untuk mengambil keputusan keuangan yang cerdas. Bank of thinks saat ini dapat menjadi fasilitator yang sangat mumpuni untuk meningkatkan loyalitas nasabah, dan kemudian hari dapat membawa lebih banyak bisnis lagi ke bank," paparnya.
Selain itu melalui perangkat pintar, salah satu industri yang potensial memanfaatkan teknologi ini berasal dari sektor asuransi. Dengan digital, perusahaan bisa melihat atau menganalisa policyholder (calon pemohon asuransi) sehingga layanan perusahaan bakal tepat sasaran.
"Profiling pelanggan akan lebih cepat. Cara perusahaan scoring bukan pakai data lagi. Perusahaan bisa melihat kehidupan seseorang melalui wearable device yang dikenakan, entah itu gelang kesehatan atau jam pintar merek apapun itu yang dikenakannya," tandas Erwin. ima/R-1
Memahami Esensi Kepemimpinan
Merayakan pencapaiannya di tahun ke-16, Executive Global Leadership (ECGL) belum lama ini menggelar The ECGL Leadership Forum. Acara ini dihadiri lebih dari dua ratus orang yang terdiri dari jajaran pimpinan dari perusahaan-perusahaan BUMN dan swasta, duta besar dari negara-negara sahabat serta ketua lembaga-lembaga tinggi negara. Tak terkecuali Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia, Ridwan Kamil, Walikota Bandung, dan Sofyan Djalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia.
ECGL Leadership Forum merupakan forum kepemimpinan pertama di Indonesia. Menurut Tanri Abeng, pendiri dan Chairman ECGL, setiap organisasi memerlukan leader yang baik. Karena instansi adalah cerminan dari leader-nya.
Nicke Widyawati, Plt Direktur Utama (Dirut) Pertamina mengatakan aspek penting untuk jadi leader yang baik adalah kemampuan mengelola karyawan. Lain lagi Dirut Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono, yang sempat menceritakan sejarah pos Indonesia yang panjang dan melihat betapa pentingnya jasa pengiriman di era baru ini.
Menghadirkan figur berpengaruh penting dengan latar belakang beragam merupakan bagian dari visi Tanri Abeng. Program yang ditawarkan ECGL membaurkan konsep pembelajaran kelas dunia dan konsep manajemen kepada eksekutif yang bersemangat serta berambisi tinggi untuk menjadi pemimpin masa depan.
Sementara itu ECGL telah meluncurkan Advanced Leadership Program (ALP) sejak 2012. Pada hari ini menjadi momen peluncuran ALP 2018. Program ini terdiri atas 11 modul yang setiap modulnya dilaksanakan dalam 20 jam. Setiap sesi akan diadakan di kelas ECGL yang terdapat di Jakarta dan Bali. Pengajar modul berasal dari fasilitator kelas dunia yang memiliki pengalaman akademis yang kuat dan beraneka latar belakang manajemen bisnis. Kebanyakan dari para pengajar berasal dari mitra ECGL, yaitu Rotterdam School of Management, Erasmus University di Belanda. ima/R-1
Komentar
()Muat lainnya