Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wabah PMK - Kejadian PMK Menimpa 20.723 Ternak di 16 Provinsi

Tata Kelola Peternakan Bermasalah

Foto : KORAN JAKARTA/M. FACHRI

PEMERIKSAAN HEWAN - Peternak melakukan perawatan pada hewan sapi untuk antisipasi PMK di salah satu peternakan di Depok, Jawa Barat, Kamis (27/5). Pihak Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Depok lakukan antisipasi dengan memeriksa ribuan hewan ternak untuk pencegahan PMK.

A   A   A   Pengaturan Font

Di sektor peternakan, dibutuhkan kebijakan ekstrem jika permasalahan di bidang tersebut terus berlanjut.

JAKARTA - Tata kelola dunia peternakan masih bermasalah sehingga mengakibatkan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) mudah menyebar. Dari laporan Kementerian Pertanian (Kementan), puluhan ribu ternak di 16 provinsi tertular penyakit mematikan ini.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, menilai perlu ada langkah kebijakan ekstrem atau fundamental dalam penanganan wabah PMK di Indonesia. Sebab, tata kelola dunia peternakan di Tanah Air masih belum baik, mulai dari pengawasan oleh pemerintah hingga distribusi daging sapi oleh para peternak dan penjual di tingkat masyarakat.

"Ini problem kita. Dunia peternakaners kita masih kacau. Untuk itu, jika terjadi problem terus-menerus, saya katakan harus ada kebijakan yang ekstrem. Fundamental. Kalau saya sih kalau (sapi) sudah sakit ya musnahkan saja. Kalau dimusnahkan, berarti berikan alternatif. Negara memberikan pergantian terhadap ternak-ternak yang dimusnahkan," ujar Dedi dikutip dari laman resmi DPR RI, Jakarta, Kamis (26/5).

Dedi menyoroti lemahnya sisi pengawasan pemerintah. Fungsi kontrol dinilainya tak efektif lantaran minimnya tenaga teknis yang melayani kesehatan hewan di berbagai daerah, khususnya tingkat kabupaten/ kota.

"Tenaga teknis ini semakin tidak ada. Di pusat masih ada jaminan peternakan dipegang oleh dokter hewan. Bapak cek di daerah, kabid atau stafnya bukan yang dokter hewan yang mengerti, lebih mengedepankan pendekatan struktural itu," ujar Dedi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top