Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Kekeringan I Petani Disarankan Mengubah Pola Tanam

Tampungan Air Waduk Menurun

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Mayoritas tampungan air waduk utama dan menengah serta kecil berada di bawah normal, dan tujuh waduk mengalami kekeringan.

JAKARTA - Pemerintah mengakui adanya tampungan air baku pada sejumlah waduk utama mengalami penurunan atau di bawah kondisi normal. Terkait dengan lahan pertanian yang menggantungkan air waduk utama tersebut, diminta mengubah pola tanam padi menjadi palawija.

"Dari 16 waduk utama dengan kapasitas minimal 50 juta meter kubik, 10 waduk dalam kondisi di bawah rencana dan enam waduk lainnya dalam kondisi normal. Waduk dengan kondisi di bawah rencana akan mengalami penyesuaian pola tanam yang pengaturannya ditentukan oleh perkumpulan petani pengguna air atau P3A," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Hari Suprayogi, di Jakarta, kemarin.

Walau demikian, menurut Hari Suprayogi, bagi lahan irigasi teknis dalam kategori premium, hingga sekarang ini mendapatkan pasokan air yang cukup. "Untuk irigasi teknis yang mendapat jaminan air bendungan atau irigasi premium masih mendapat pasokan air yang cukup," tuturnya.

Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BUMKG) puncak musim kering diperkirakan berlangsung pada Agustus 2019 dengan cakupan 52,9 persen wilayah Indonesia terpapar musim kekeringan. Lahan pertanian yang mengalami dampak kekurangan air pada musim kemarau tahun 2019 umumnya adalah sawah tadah hujan dan sawah yang mengandalkan irigasi teknis dari bendung yang bergantung pada debit air sungai.

Kini, Kementerian PUPR terus melakukan pemantauan terhadap kondisi 16 waduk utama tersebut, yaitu Jatiluhur, Cirata, Saguling, Kedungombo, Batutegi, Wonogiri, Wadaslintang, Sutami, Bili-bili, Wonorejo, Cacaban, Kalola, Solorejo, Way Rarem, Batu Bulan, dan Ponre-ponre.

Terpantau per 30 Juni 2019 volume ketersediaan air dari 16 waduk utama tersebut sebesar 3.858,25 juta meter kubik dari tampungan efektif sebesar 5.931,62 juta meter kubik. Luas area yang bisa dilayani dari ke-16 bendungan tersebut adalah 403.413 hektare dari total 573.367 hektare. Sementara itu, 75 waduk lainnya dengan skala kecil sampai menengah kondisinya 10 normal, 58 di bawah rencana, dan tujuh kering.

Antisipasi lainnya yang dilakukan Kementerian PUPR dalam menghadapi musim kering tahun ini adalah dengan menyiapkan pompa sentrifugal berkapasitas 16 liter per detik. Pompa yang disiapkan mencapai 1.000 unit yang tersebar di 34 provinsi.

Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Agung Djuhartono menambahkan sebagai antisipasi kekeringan, petani dihimbau untuk disiplin dalam mengikuti rencana pola tanam yang sudah disepakati. "Untuk waduk di bawah rencana, pola operasinya diubah karena kondisi airnya yang berkurang. Kalau tadinya musim tanam ini menanam padi, maka diubah menanam palawija yang lebih hemat air," kata Agung Djuhartono.

Penyerapan Beras

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Galuh Octania, menyatakan musim kemarau yang berlangsung sejak April 2019 dan diprediksi berlangsung dalam waktu lama bakal mempengaruhi serapan beras Perum Bulog. Petani berisiko gagal panen, memilih tidak menanam padi. Kondisi tersebut, memengaruhi penyerapan beras Perum Bulog. "Berlangsungnya musim kemarau ini berpotensi menimbulkan dampak pada penyerapan beras," katanya. Ant/ers/E-12

Penulis : Antara, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top