Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Equilibrium

Tampilkan Busana Bangsawan Jawa di Era Kolonial

Foto : dok. Sean Sheila
A   A   A   Pengaturan Font

Plaza Indonesia Fashion Week (PIPIFW) Spring Summer 2019 baru saja usai. Pergelaran busana tahunan itu ditutup dengan penampilan curated show The Future is Female dari Major Minor, Sean Sheila dan Toton. Major Minor membawakan busana yang terinspirasi dari pakaian Jawa yang kala itu dikenakan bangsawan di era penjajahan Belanda.

Zaman dahulu memang kalangan bangsawan Jawa sering kali mengimplementasikan penampilan bergaya Eropa pada pakaian mereka sehari-hari untuk menciptakan keseimbangan antara kedua budaya, dan agar diterima di lingkungan sekitar.

Hal itulah yang ingin Major Minor sampaikan pada koleksi mereka kali ini. "Terinspirasi dari zaman Belanda di mana pengaruh Eropa kala itu mempengaruhi busana perempuan. Jadi, harus mengangkat di mana Jawa bisa setara dengan Belanda supaya tidak terjajah," tutur Arie Saputra, perwakilan dari Major Minor.

Koleksi yang bertajuk Equilibrium ini menjadi salah satu koleksi Major Minor Fall Winter 2019. Itu dapat dilihat dari cutting dan penggunaan bahan-bahan yang dipilih. Bahan-bahannya cenderung tebal dengan penambahan aksesoris bros yang menambahkan kesan elegan pada jumlah koleksi yang keseluruhan mencapai 31 looks.

Sementara pada show Sean Sheila, ia memperlihatkan koleksi Fall Winter 2019 dengan mengeksplorasi konsep konstruksi sehingga menampilkan pakaian yang dapat dikenakan siapa saja tanpa mengenal gender seseorang.

Sean Sheila terinspirasi untuk mengangkat tema mengenai polusi yang berdampak pada kehidupan laut dan alam liar. Seperti yang telah diketahui, isu mengenai sampah memang tidak ada habisnya. Pasangan suami isteri ini pun tergerak untuk membuat pergelaran busana yang dapat menginspirasi masyarakat mengenai isu tersebut.

"Bahannya juga menggunakan kertas yang diubah menjadi bahan untuk pakaian," kata Sheila.

Beberapa busana juga ada yang terlihat seperti jala warna hitam yang melilit tubuh model, memperlihatkan betapa seriusnya permasalahan polusi di lautan.

Sama halnya dengan Sean Sheila, Toton juga peduli dengan isu lingkungan. Dengan menggunakan bahan-bahan daur ulang pada setiap koleksinya, mereka mencoba untuk membuat sedikit perubahan pada lingkungan melalui hal tersebut. Toton resmi menutup pergelaran tahunan PIFW tersebut, dengan koleksi yang terinspirasi dari pergerakan sosial di Indonesia saat ini. Di mana ia ingin menyoroti perempuan yang mengklaim kembali atas hak seksualitas dan sensualitasnya.

"Perempuan menjadi salah satu fokusnya, mereka berani mengekspresikan diri sendiri sesuai dengan apa yang diinginkannya," kata Toton.

Tentunya hal itu kontradiksi dengan nilai-nilai dan tradisi yang ada di Indonesia, koleksi ini pun mempertanyakan hal tersebut. Ia banyak menggunakan motif floral, bunga edelweiss dan anggrek yang dipadupadankan dengan potongan oversized, puffed shoulder, play on opacity yang bergaya ala potongan pakaian laki-laki. Koleksi ini juga masuk Fall Winter Toton untuk 2019. gma/R-1

Terinspirasi Alam

Bulan Ramadan segera tiba dan para desainer pun berbondong-bondong mempersiapkan koleksi terbarunya untuk menyambut bulan suci tersebut. Tidak terkecuali desainer senior Itang Yunasz, yang baru saja membuka butik barunya di Bintaro, Tangerang Selatan.

Ia memang telah lebih dulu membuka butiknya Allea by Itang Yunasz di kota-kota lain di Indonesia, maka dari itu, di momen kali ini ia memutuskan untuk membuka tokonya di sekitaran Jabodetabek untuk memudahkan masyarakat membeli produknya.

Pada kesempatan yang sama, Itang memperkenalkan koleksi terbarunya dalam dua sequence. Di sequence pertama, ia membawakan tujuh looks yang terinspirasi dari alam. Menurutnya, alam memberikan banyak hal pada kehidupan manusia dan bisa menjadi gambaran mengenai Indonesia.

Ia menggunakan warna-warna earth tone seperti cokelat, navy blue, hijau dan putih. "Bisa memberikan gambaran yang banyak tentang Indonesia, sebagai wujud persatuan yang bermanfaat untuk manusia di sekitarnya," kata Itang.

Intepretasi alam dapat dilihat melalui motif-motif yang digunakan, seperti motif bunga dan tanaman yang terdapat pada setiap koleksi baju yang ditampilkan.

Di sequence kedua, Itang mengambil keindahan motif dan desain Maroko pada koleksi bertajuk Marekesh. Itu karena saat ini budaya Maroko telah banyak dilirik desainer mancanegara, termasuk busana modest.

"Karena dunia sekarang lagi mencoba mengangkat tema-tema seperti itu. Dunia juga sudah melirik perempuan yang memakai hijab, terbukti adanya model-model yang menggunakan hijab di setiap pergelaran busana di luar negeri," lanjutnya.

Ia menambahkan, gamis dan tunik akan tetap menjadi tren untuk busana Ramadan tahun ini di samping pilihan warna-warna earth tone yang bisa menimbulkan kesan kalem dan memberikan ketenangan. Namun di samping itu semua, Itang menganjurkan agar masyarakat mengedepankan kenyamanan dalam memilih pakaian.

"Cari bahan yang nyaman dan ketika membeli baju pikirkan konsepnya apakah bajunya bisa dipakai untuk acara-acara lainnya dan mudah dipadu padankan," sarannya. gma/R-1

Ajak Wanita Indonesia Bermitra

Tertarik buka gerai busana Muslim? Desainer terkenal Itang Yunasz membuka kesempatan bagi wanita di seluruh pelosok Indonesia untuk bekerja sama membuka usaha gerai fesyen dengan merek Allea Itang Yunasz.

Itang memiliki misi untuk membuat wanita semakin cantik, modis, tapi tetap santun. Ia kemudian mengkreasikan desain-desain fesyen nuansa Muslim yang unik, berkelas (classy), kreatif, dan cantik.

"Allea memang diciptakan untuk perempuan aktif penuh semangat yang berusia sekitar 20-45 tahun, dan memang memiliki aktivitas padat sehingga memerlukan pakaian dengan keleluasaan untuk bergerak," kata Itang.

Tren busana Muslim di Indonesia tengah jadi perhatian di beberapa negara. Mode busana yang dinilai lebih bervariasi dan memiliki karakter tersendiri mulai diminati oleh negara lain, dan berpotensi untuk terus memperluas pasar ekspor.

Busana Muslim Indonesia tidak hanya sekadar tren tapi juga berpotensi menjadi kiblat fesyen dunia untuk segmen ini pada 2020. Dibanding busana Muslim dari negara lain, produk Indonesia dinilai lebih berkarakter dan variatif.

Allea Itang Yunasz juga memberikan peluang usaha bagi wanita dan peminat bisnis untuk membuka gerai Allea Itang Yunasz di berbagai daerah berpotensi di Indonesia. Itu sesuai visi brand yakni berperan aktif mempercantik wanita Indonesia di segala lapisan dalam koridor budaya modest dan memutar roda bisnis busana modest Indonesia.

Guna mendukung visinya itu, Allea Itang Yunasz menyediakan sistem kemitraan dengan support system terintegrasi, menciptakan modest desain yang ekseklusif, inspiratif, dan mampu menjangkau semua tingkatan masyarakat.

Koleksi busana Muslim Allea Itang Yunasz hadir dengan harga berkisar Rp249.000 hingga Rp799.000. Selain bisa didapatkan di gerai, koleksi busana Muslim merek ini juga bisa dibeli di toko online seperti Zalora, Zilingo, dan Tokopedia. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top