Rabu, 06 Nov 2024, 21:45 WIB

Tak Seagresif Sebelumnya, Pemangkasan FFR Diprediksi Bersifat Konservatif

Foto: Antara/Reuters

JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed diperkirkan bersikap konservatif terhadap arah penurunan suku bunga acuannya, Fed Funds Rate (FFR). Sebab, The Fed berupaya menyeimbangkan tekanan inflasi yang terus berlanjut dengan pasar tenaga kerja yang melambat.

“The Fed akan memilih sikap penurunan suku bunga yang lebih konservatif. Di sisi kebijakan moneter, Federal Reserve diperkirakan akan menerapkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin yang lebih hati-hati pada pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) hari Kamis (7/11),” kata Ekonom senior Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Rabu (6/11).

Dewan kebijakan The Fed atau Federa Open Market Comittee (FOMC) menggelar rapat pada 6-7 November 2024. Pasar saat ini memperkirakan peluang sekitar 97 persen bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada November 2024 setelah melakukan pemangkasan besar-besaran sebesar 50 bps pada September 2024.

Sebelum menurunkan suku bunga, Fed akan kembali memantau dengan saksama perkembangan indikator ekonomi seperti pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS, tingkat inflasi, angka ketenagakerjaan, dan belanja konsumen.

“Kepastian waktu pemangkasan suku bunga Fed akan menentukan kondisi pasar keuangan dan volatilitas rupiah di masa mendatang,” ujarnya.

Menurut Reny, volatilitas pasar akan meningkat sehingga perlu mewaspadai arus modal keluar dari pasar keuangan domestik.

Arus modal di pasar saham domestik saat ini tercatat net inflow sebesar 369,3 miliar rupiah month to date (mtd) atau net inflow sebesar 38,7 triliun rupiah secara tahun berjalan atau year to date (ytd).

Dengan demikian, kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) hingga 4 November 2024 tercatat net outflow sebesar 4,3 triliun rupiah (mtd) atau net inflow sebesar 38,7 triliun rupiah (ytd), atau 14,8 persen dari total outstanding.

Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi yang solid, cadangan devisa yang tinggi, dan harga yang terkendali masih mendukung optimisme investor terhadap perekonomian domestik. Sementara itu, ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, BI-Rate, masih dapat berlanjut tahun ini.

“Kondisi ekonomi global, ekspektasi inflasi, stabilitas rupiah, dan sasaran kebijakan moneter menjadi determinan utama yang dapat mendorong bank sentral untuk melakukan penurunan suku bunga,” tuturnya.

Untuk memitigasi volatilitas eksternal, Bank Indonesia akan melanjutkan triple intervention dan optimalisasi lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) guna menjaga stabilitas pasar keuangan dan menyerap aliran modal.

Dengan asumsi kebijakan The Fed akan menurunkan Fed Funds Rate (FFR) menjadi 4,5 persen, BI-Rate menjadi 5,75 persen, dan potensi masuknya modal lebih banyak ke pasar domestik, ia tetap mempertahankan estimasi nilai tukar rupiah bisa mencapai kisaran 15.500 rupiah per dollar AS hingga 15.700 rupiah per dollar AS. 

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: