Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tak Hanya Bekali Nuklir, Rusia Nyatakan Siap Kembangkan Pesawat Tempur Milik Belarusia di Tengah Ketegangan dengan Barat, Ada Apa?

Foto : Istimewa

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Rusia Vladimir Putinmenawarkan untuk meningkatkan pesawat tempur Belarusia agar mampu membawa senjata nuklir. Ini seiring meningkatnya ketegangan dengan Barat atas Ukraina.

Dilansir dari Al Jazeera, pada bulan lalu, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa negaranya telah membeli rudal berkemampuan nuklir Iskander dan sistem anti-rudal anti-pesawat S-400 dari Rusia.

"Banyak (pesawat) Su-25 beroperasi dengan militer Belarusia. Mereka dapat ditingkatkan dengan cara yang tepat," ujar Putin.

"Modernisasi ini harus dilakukan di pabrik-pabrik pesawat di Rusia dan pelatihan personel harus dimulai sesuai dengan ini. Kami akan sepakat tentang bagaimana mencapai ini," tambahnya.

Putin telah beberapa kali mengacu pada senjata nuklir sejak negaranya menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang dianggap Barat sebagai peringatan untuk tidak campur tangan. Moskow menuduh bahwa NATO berencana untuk mengakui Ukraina dan menggunakannya sebagai platform untuk mengancam Rusia.

Langkah Rusia tidak hanya memicu rentetan sanksi Barat tetapi juga mendorong Swedia dan tetangga utara Rusia, Finlandia, untuk mendaftar bergabung dengan aliansi Barat.

Dalam seminggu terakhir, Lithuania khususnya telah membuat marah Rusia dengan memblokir transit barang-barang yang dikenai sanksi Eropa yang melintasi wilayahnya dari Rusia, melalui Belarusia, ke eksklave Kaliningrad di Baltik Rusia. Rusia menyebutnya sebagai "blokade", tetapi Lithuania mengatakan hal itu hanya mempengaruhi 1 persen dari transit barang normal di rute tersebut dan lalu lintas penumpang tidak terpengaruh.

Sebagai informasi, Rusia telah melancarkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina sejak 24 Februari lalu. Meski terhitung telah berlangsung selama 4 bulan, konflik tersebut belum kunjung usai meski perundingan damai telah beberapa kali digelar.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top