Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tak Banyak yang Tahu dan Tak Dihargai

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pasir merupakan salah satu komoditas dunia yang paling penting. Dapat dikatakan dunia dibangun di atas pasir, menjadikannya bahan mentah yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air dan bahan penting untuk kehidupan sehari-hari.
Pasir merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembangunan jalan, jembatan, kereta api berkecepatan tinggi bahkan proyek regenerasi lahan. Pasir, kerikil, dan batu yang dihancurkan menjadi satu dilebur menjadi kaca yang digunakan di setiap jendela, layar komputer, dan ponsel pintar. Bahkan produksi chip silikon menggunakan pasir.
Namun pasir kerap kali tidak dihargai. Akibatnya salah satu sumber daya dunia tersebut diperkirakan bakal menghilang. Para ilmuwan iklim mengatakan kekurangan pasir merupakan salah satu tantangan keberlanjutan terbesar di abad ke-21.
"Apakah ini waktunya untuk panik? Yah, itu pasti tidak akan membantu, tapi sekarang saatnya untuk melihat dan mengubah persepsi kita tentang pasir," kata Pascal Peduzzi, ilmuwan iklim dari Program Lingkungan PBB, dalam webinar yang diselenggarakan oleh lembaga pemikir Chatham House, seperti dilansir dari CNBC International pada awal Maret lalu.
Peduzzi, yang merupakan direktur Basis Data Informasi Sumber Daya Global UNEP di Jenewa, Swiss, menggambarkan tata kelola sumber daya pasir secara global sebagai "gajah di dalam ruangan".
"Kami hanya berpikir bahwa pasir ada dimana-mana. Kami tidak pernah berpikir kami akan kehabisan pasir, tetapi itu dimulai di beberapa tempat. Ini tentang mengantisipasi apa yang bisa terjadi dalam dekade mendatang atau lebih karena jika kita tidak melihat ke depan, jika kita tidak mengantisipasi, kita akan memiliki masalah besar tentang pasokan pasir tetapi juga tentang perencanaan lahan," papar dia.
Saat ini, pemantauan penggunaan pasir global tidak dapat dilakukan secara akurat. Namun, Peduzzi mengatakan itu bisa diukur secara tidak langsung, mengutip korelasi sangat, sangat baik antara penggunaan pasir dan semen.
PBB memperkirakan bahwa 4,1 miliar ton semen diproduksi setiap tahun, terutama digerakkan oleh Tiongkok, yang merupakan 58 persen dari ledakan konstruksi berbahan bakar pasir saat ini.
Butuh 10 ton pasir untuk menghasilkan setiap ton semen. Artinya, untuk konstruksi saja, dunia mengonsumsi sekitar 40 hingga 50 miliar ton pasir setiap tahun. Itu cukup untuk membangun tembok setinggi 27 meter dengan lebar 27 meter yang mengelilingi planet ini setiap tahun.
Tingkat penggunaan pasir global, yang meningkat tiga kali lipat selama dua dekade terakhir sebagian sebagai akibat dari lonjakan urbanisasi, jauh melebihi tingkat alami di mana pasir diisi ulang oleh pelapukan batuan oleh angin dan air.
Pasir dapat ditemukan di hampir setiap negara di Bumi, menyelimuti gurun dan garis pantai di seluruh dunia. Tetapi itu tidak berarti bahwa semua pasir berguna. Butir pasir gurun, yang terkikis oleh angin dan bukan air, terlalu halus dan membulat untuk saling mengikat untuk keperluan konstruksi.
Pasir yang paling dicari lebih bersudut dan bisa saling mengunci. Ini biasanya bersumber dan diekstraksi dari dasar laut, garis pantai, tambang dan sungai di seluruh dunia.
Seruan peringatan tentang kekurangan pasir global, kata Peduzzi, terjadi pada 2019 ketika pemerintah mengakui krisis lingkungan untuk pertama kalinya dan masalah tersebut akhirnya ditempatkan dalam agenda politik sebagai hasil resolusi PBB. Sayangnya, Peduzzi mengatakan bahwa tantangan tersebut masih belum ditangani secara memadai di panggung global.
"Ini masih sangat baru. Dalam banyak kebijakan pembangunan, bahkan tidak ada yang membicarakan masalah pasir ini, darimana asalnya, dampak sosial atau dampak lingkungan, jadi banyak yang harus dilakukan," ucap dia.
Ke depan, industrialisasi, pertumbuhan penduduk, dan urbanisasi merupakan tren yang kemungkinan besar akan memicu pertumbuhan permintaan pasir yang eksplosif. "Saatnya bangun," pungkas Peduzzi. CNBC/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top