Tak Ada Habisnya! Rusia Kini Mulai Serang Negara Lain, Tanda Perang Semakin Meluas?

Pasukan Rusia diduga dengan sengaja menyerang sebuah kapal kargo sipil berbendera Dominika. Administrasi Maritim Dominika melaporkan kapal AZBURG IMO bernomor 9102899 diserang tanpa pandang bulu hingga tenggelam dan hancur total ketika berlabuh di Mariupol, Ukraina.

News Direct melaporkan kapal itu sempat dihantam oleh dua peluru kendali pada Minggu (3/4), sehari setelahnya pasukan Rusia kembali menembak berulang-ulang hingga sebabkan kebakaran di ruang mesin hingga akhirnya tenggelam.

Para kru dikabarkan berhasil melakukan evakuasi dan berlindung di atas kapal tetangga. Insiden brutal itu membuat satu orang terluka dan telah menerima bantuan medis. Kendati demikian, para kru dilaporkan masih berada dibawah tekanan dan stres berat.

Wakil Administrator Urusan Maritim Dominika, Eric R. Dawicki, mengecam tindakan itu dan menyebut serangan brutal terhadap kapal tersebut sebagai hal terendah.

"Tindakan perang adalah tindakan pengecut, pengganggu, dan pria rapuh. Penembakan sembarangan terhadap kapal dagang dengan awak sipil tanpa tempat berlindung adalah yang terendah. Ini adalah tindakan perang terhadap semua kemanusiaan dan hak asasi manusia," ujarnya seperti yang dilansir dari News Direct.

Lebih lanjut Dirinya juga mengutuk serangan tersebut bahkan menekankan bahwa pelaku dibalik serangan tersebut memiliki masalah emosional dan intelektual.

"Orang-orang yang terhambat secara emosional dan intelektual di balik tindakan keji ini melihat diri mereka dari dekat ke cermin dan menemukan cara untuk mengakhiri motif yang tidak masuk akal seperti itu, tegasnya.

Administrasi Maritim Persemakmuran Dominika juga mendesak Federasi Rusia untuk menarik pasukannya dari Ukraina dan menghormati kewajibannya berdasarkan perjanjian dan konvensi internasional yang relevan. Mereka juga meminta evakuasi semua warga sipil dari pelabuhan Mariupol, termasuk seluruh awak kapal AZBURG.

Dominika juga menyoroti tanggap darurat di pelabuhan yang tidak sepenuhnya beroperasi bahkan tidak ada sama sekali. Mereka meminta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk segera mengambil tindakan dan membentuk koridor kemanusiaan sehingga dapat memastikan keselamatan pelaut dan membiarkan mereka untuk segera meninggalkan wilayah konflik.