Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Kesehatan Masyarakat I Proses 3T Terus Digencarkan

Surveilans Tetap Dikencangkan

Foto : Antara

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI, Ngabila Salama

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta tetap mengencangkan pengawasan atausurveilans pada masa transisi menuju endemi karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mencabut status pandemi Covid-19. "Jadi, 3T dan vaksinasi harus tetap kencang dilakukan," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI, Ngabila Salama, di Jakarta, Selasa (10/1).

Menurut dia, pemerintahmasih optimal melakukan upaya tes, lacak, dan perawatan (3T) saat masa transisi menuju endemi. Dengan surveilans yang tetap optimal, kata dia, rekomendasi kebijakan dapat diberikan lebih baik mencermati fakta dan data lapangan. Dia menjelaskan 3T adalah tes dan pelacakan kontak erat kasus positif dengan tes usap berbasis PCR atau antigen gratis di puskesmas untuk semua terduga Covid-19.

Adapun gejala mayoritas di antaranya demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, anosmia atau tidak dapat mencium bau. Sedangkan untuk anak, lanjut dia, gejala yang dikeluhkan adalah diare, mual, muntah, dan nyeri perut. Untuk treatment atau perawatan, masyarakat dapat lapor diri ke puskesmas setempat agar diberi paket obat isolasi dan antivirus sesuai dengan persediaan.

Vaksinasi juga perlu digencarkan karena sudah disediakan sekitar 300 lokasi setiap hari dengan layanan yang diperluas. Layanan vaksinasi Jakarta bisa menyuntikkan kepada warga dengan KTP seluruh Indonesia. Warga bisa datang langsung ke lokasi tanpa mendaftar. Vaksinnya bermerek pfizer, zifivax, dan indovac untuk usia 12 tahun ke atas.

Selain itu, layanan vaksinasi sore dan malam hari juga dibuka di seluruh puskesmas kecamatan jam 16.00-20.00 pada hari Senin-Jumat. "Dosis tiga untuk usia 18 tahun ke atas dan dosis empat untuk tenaga kesehatan dan lansia di atas 60 tahun," katanya.

Ngabila mendorong warga untuk tetap berdisiplin mengenakan masker dan mencegah kematian dengan vaksinasi lengkap (booster). Perlu deteksi dini dan kontrol kesehatan bagi warga yang memiliki komorbid, terutama yang berusia 40 tahun ke atas. Selain itu, segera tes ke puskesmas apabila bergejala, toh gratis.

"Ice Smoke"

Sementara itu, sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni, mengatakan dampak mengonsumsi nitrogen cair lewat chiki ngebul (cikbul) atau ice smoke dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan internal organ. Dia menuturkan, cold burn atau luka bakar dingin merupakan kerusakan lokal kulit dan jaringan lainnya akibat pembekuan. Hal ini disebabkan paparan dingin yang berkepanjangan.

"Adapun risiko bahaya nitrogen cair apabila bersentuhan dengan tubuh, bisa menyebabkan kerusakan termal yang parah pada kulit, mata, maupun organ. Namun, tingkat keparahan cedera tergantung durasi dan area kontak," kata dr Dini.

Dari sejumlah kasus, cedera terjadi ketika kulit telanjang dan jaringan terbuka lainnya bersentuhan dengan nitrogen cair selama lebih dari beberapa detik. Misalnya, hal ini dapat terjadi jika seseorang menahan makanan berlapis nitrogen cair di mulut terlalu lama. Atau jika camilan menempel di gusi. Maka, anak harus waspada memilih jajanan.

Kemudian Dinas Kesehatan pun meningkatkan kewaspadaan dengan memperketat pengawasan dan sosialisasi. Orang tua perlu meningkatkan kepedulian terhadap konsumsi anak di luar rumah. Orang tua perlu mengedukasi anak-anak untuk jajan-jajanan yang sehat, diolah dengan benar dan higienis.

Orang tua mesti lebih rajin mengolah makanan atau minuman sendiri di rumah untuk anak-anak. Sehingga, yang dikonsumsi anak lebih pasti secara kebersihan dan kandungannya. Untuk makanan apa pun, tak hanya chiki ngebul, masyarakat Kota Tangerang harus lebih meningkatkan kewaspadaan. "Jangan tergiur warna atau tampilan semata," ujarnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top