Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Survei: Organisasi Tidak Siap Menghadapi Kebutuhan Energi dan Permintaan Data AI yang Masif

Foto : istimewa

data AI

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Penyedia teknologi dan layanan penyimpanan Pure Storage, bekerja sama dengan Wakefield Research, merilis laporan riset terbaru. Hasil survei yang disampaikan mengidentifikasi hambatan yang dihadapi oleh organisasi di seluruh industri dalam mengadopsi kecerdasan buatan (AI), dan mengungkap kebutuhan energi yang sering diabaikan dari teknologi canggih ini.

Laporan terbaru berjudul Pendorong Perubahan: Memenuhi Tantangan Energi dan Data dari Adopsi AI menunjukkan pentingnya meninjau kembali infrastruktur data. Tujuannya agar benar-benar mendapatkan manfaat AI, menjaga biaya energi tetap sesuai dengan alokasi anggaran, dan sesuai dengan rencana perusahaan dalam mencapai tujuan lingkungan hidup.

"Laporan ini memberikan pengetahuan yang berguna bagi organisasi di Indonesia yang akan atau sudah menjalankan proyek AI. Pada era AI, kebutuhan energi dan data akan tumbuh secara eksponensial dan berinvestasi pada infrastruktur data yang mendukung AI sangatlah penting agar proyek Anda mendapat peluang keberhasilan," kata Country Manager, Indonesia, Pure Storage Catharina Hadiningtyas, di Jakarta Selasa (12/12).

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 500 pembeli TI di perusahaan yang memiliki lebih dari 500 karyawan di AS dan Eropa, menemukan, kebutuhan akan energi komputasi meningkat, didorong oleh adopsi AI. Sebesar 88 persen dari mereka yang telah mengadopsi AI, kebutuhan akan energi komputasi meningkat secara tiba-tiba dan drastis.

Hampir dari separuh atau 47 persen harus mengalikan dua atau lebih kekuatan komputasi mereka sejak mengadopsi AI. Organisasi tidak mengantisipasi permintaan energi AI, sebanyak 73 persen dari pembeli TI tidak sepenuhnya siap menghadapi kebutuhan energi AI.

Responden menyatakan, konsumsi energi hanya salah satu dari beban AI. Sebesar 73 persen responden menyatakan AI memerlukan atau akan memerlukan peningkatan manajemen data dan semacamnya. Beberapa peningkatan spesifik yang dilakukan antara lain, alat manajemen data (48 persen), proses manajemen data (46 persen), dan infrastruktur penyimpanan data (46 persen).

"Hasil survei menunjukkan hampir semua (96 persen) berencana atau telah memperbarui infrastruktur TI mereka. Sebesar 29 persen pembeli TI mengatakan AI akan atau menyebabkan perombakan total," papar Catharina.

Tantangan-tantangan tersebut kata dia telah memundurkan tujuan keberlanjutan bisnis. Sebesar 89 persen perusahaan menyatakan bahwa tujuan-tujuan ESG menjadi lebih sulit dicapai karena adanya peningkatan infrastruktur TI mereka setelah adopsi AI.

"Namun, sebesar 60 persen dari mereka yang telah mengadopsi teknologi AI (atau berencana mengadopsi AI dalam 12 bulan ke depan) menyatakan bahwa mereka akan atau telah berinvestasi pada perangkat keras yang lebih hemat energi untuk memenuhi tujuan ESG," ungkapnya.

Ia menjelaskan, adopsi AI sedang meningkat di berbagai industri. Namun demikian supaya dapat memaksimalkan manfaatnya, sebagian besar organisasi seharusnya memiliki infrastruktur yang diperlukan untuk menangani permintaan data berkinerja tinggi dan kebutuhan energi sebagai hal penting.

Keterbatasan ini memberikan tantangan terhadap keberhasilan adopsi AI untuk mendukung inisiatif kritis perusahaan, termasuk inisiatif mencapai tujuan lingkungan. Hampir semua pembeli TI mendapatkan tekanan untuk mengurangi jejak karbon mereka.

"Faktanya, sebagian besar setuju untuk mencapai tujuan TI tidak mungkin tercapai jika dilakukan tanpa mempersiapkan infrastruktur TI untuk mendukung AI dengan baik. Infrastruktur yang lebih cerdas kini semakin mendesak dan tinggi permintaannya," paparnya.

Sering kali terjadi di mana perusahaan ingin memperoleh manfaat dari pembelajaran mesin tetapi sistem yang sudah ada sebelumnya tidak dapat mendukung alur data AI dalam jumlah masif. Seiring dengan semakin cepatnya adopsi AI, tim TI memerlukan infrastruktur yang efisien, andal, dan berkinerja tinggi untuk memastikan penerapan yang efektif.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top