Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Surat Penggemar Beatles yang Hilang, Jadi Kisah Harapan Pandemi

Foto : AFP/SCHNEIDER FAMILY

Kisah Korban Pandemi l Sebuah foto yang dipublikasikan pada 1 April lalu memperlihatkan Karlo Schneider sedang memegang koleksi piringan hitam rekaman musik dari kelompok The Beatles dengan didampingi anaknya, Barbara (kanan). Seperti para korban pandemi lainnya, Schneider tak sempat mengirimkan pesan terakhir pada keluarganya, namun ia bisa mengirimkan pesan ke keluarganya setahun kemudian lewat koleksinya.

A   A   A   Pengaturan Font

Seperti banyak korban Covid-19, Karlo Schneider, asal Brasil, tidak pernah sempat mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya. Namun tidak seperti kebanyakan korban lainnya, Schneider justru berhasil mengirimi keluarganya pesan, setahun setelah dia meninggal.

Keluarganya, yang mendeskripsikan Schneider sebagai sosok yang sangat romantis dengan aura cinta kehidupan yang menular, mengatakan Schneider yang berprofesi sebagai manajer hotel di Brasil itu, meniupkan ciuman saat berangkat kerja suatu pagi di Februari 2021 dan ia tidak pernah melakukan hal itu lagi.

Schneider ternyata mengalami gejala terinfeksi virus korona hari itu, dan tinggal di hotel untuk menghindari keluarganya tertular darinya. Satu-satunya kontak dengan mereka terjadi setelah Schneider terinfeksi adalah melalui sambungan telepon yang ada dekat tempat tidurnya dan saat Schneider yang sakit parah berada di mobilnya dalam perjalanan ke rumah sakit, dengan latar belakang sang istri dan tiga anaknya melambai tangan dari rumah.

Tetapi Schneider, yang meninggal pada usia 40 tahun pada Maret itu, mengirimkan surat kepada orang yang dicintainya setahun kemudian, dengan sedikit bantuan dari "teman-temannya", The Beatles dan sebuah video yang viral.

Ceritanya dimulai di sebuah pesta makan malam pada 2006, ketika Schneider, yang saat itu sedang menantikan anak pertamanya, mendapat ide untuk dia dan teman-temannya untuk menulis surat kepada putrinya yang belum lahir untuk dibuka pada ulang tahunnya yang ke-15.

Seorang penggemar Beatles yang bersemangat dengan ratusan rekaman langka, ia menyimpan surat-surat itu di dalam miliknya yang paling berharga yaitu koleksi piringan hitamnya.

"Dia menyukai hal semacam itu," kata istrinya, Alcione, yang saat itu sedang hamil enam bulan. "Dia selalu menanyakan hal-hal seperti, 'Jika kamu bisa meninggalkan pesan dalam botol untuk seseorang di masa depan, apa yang akan kamu katakan?'," imbuh dia.

Karlo Schneider adalah tipe ayah yang menciptakan perburuan harta karun yang rumit untuk anak-anaknya, tipe sahabat yang muncul saat fajar di hari ulang tahun Anda untuk mengejutkan Anda dengan hadiah, ucap Alcione.

Petualangan seperti itu sangat umum di rumah keluarga Schneider di timur laut kota Natal sehingga mereka segera melupakan semua tentang surat-surat itu, kata dia.

Mencari Surat

14 tahun kemudian, muncul pandemi yang menyebabkan malapetaka di seluruh dunia. Seperti banyak orang lainnya, Schneider kehilangan pekerjaannya. Kesulitan finansial, membuatnya memutuskan untuk menjual sebagian besar koleksi piringan hitamnya.

Situasi mulai membaik pada awal 2021, ketika Schneider mendapat pekerjaan di hotel lain di Mossoro, 280 kilometer jauhnya dari kediamannya.

Schneider kemudian tertular Covid-19 saat awal dari gelombang kedua pandemi Covid-19 yang brutal dan menyebabkan lebih dari 3.000 orang meninggal setiap hari di Brasil.

"Semua itu terjadi sangat cepat," kata Alcione, 41 tahun. "Truk yang membawa barang-barang saat keluarga Schneider pindah ke Mossoro tiba pada 12 Februari. Sepekan kemudian, Schneider jatuh sakit, dan pada 2 Maret, dia diintubasi. Pada 11 Maret, Schneider sudah meninggal dunia," papar Alcione.

Beberapa waktu kemudian, Alcione teringat dengan surat-surat lama dari mendiang suaminya. Barbara, anak sulung mereka, akan berusia 15 tahun pada Maret, sepekan sebelum ulang tahun pertama kematian ayahnya.

"Ya Tuhan. Aku harus menemukan surat-surat itu," kenang Alcione.

Namun Alcione gagal menemukan surat-surat itu di koleksi piringan hitam Schneider yang tersisa. Lalu ia menyadari apa yang telah terjadi.

Dengan restunya, teman-teman Schneider memposting video di forum diskusi fans The Beatles yang meminta siapa pun yang membeli album untuk mengembalikan surat-suratnya. Video itu segera menjadi viral dan menginspirasi banyak cerita di media Brasil.

September lalu, seorang pria menghubungi Alcione dan mengatakan bahwa ia telah membeli beberapa koleksi piringan hitam sekitar waktu itu. "Saya belum membukanya," kata pria itu, seraya mengatakan bahwa dia sendiri kehilangan putranya karena Covid-19 dan tengah berjuang untuk mengatasi depresi, serta berjanji akan mencari koleksi itu saat ia memiliki waktu.

Pada Desember, pria itu menelepon lagi, memintanya untuk bertemu dengan Alcione di Natal. Di sana, dia memberinya copy piringan hitamImaginekarya John Lennon milik Schneider dengan tiga huruf di dalamnya.

Barbara membuka satu "surat" dari Schneider pada hari ulang tahunnya bulan lalu, dengan Alcione di sisinya.

"Dia menulis bahwa dia sangat mencintai ibuku. Dia berbicara tentang The Beatles. Dia bertanya apakah Paul McCartney masih hidup," kata Barbara menuturkan, di antara gelak tawa dan cucuran air matanya.

Di akhir surat, pena biru yang digunakan Schneider rupanya kehabisan tinta. Pesan itu memudar, lalu berakhir dengan tiba-tiba mengingatkan keluarganya tentang bagaimana ia meninggal dengan kondisi paru-parunya yang melemah.

"Itu nyata," kata Alcione. "Tetapi sangat, sangat senang bisa mendapatkan surat itu," imbuh Barbara. "Kami tidak pernah bisa mengucapkan selamat tinggal. (Surat) Ini memberi saya kesempatan untuk 'bertemu dengannya' lagi," ucap mereka berdua.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top