Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 05 Jul 2021, 06:00 WIB

Sumber Misteri Ada Pada Galaksi Terjauh

Foto: Istimewa

Sebelum bintang pertama bersinar yaitu 250 juta hingga 350 juta tahun setelahBig Bang, menurut penelitian terbaru oleh para astronom Inggris yang publikasi di jurnalThe Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, alam semesta berada dalam zaman kegelapan kosmik (cosmic dark ages).

Pada periode tersebut alam semesta yang ada hanya kabut atom hidrogen yang meluncur dalam kegelapan. Belum ada planet, belum ada matahari, belumada galaksi, dan tentu saja belum ada kehidupan.

"Zaman kegelapan mewakili asal-usul kita ketika bintang-bintang pertama terbentuk dan menciptakan unsur-unsur berat yang kita buat hari ini," papar astrofisikawan teoretis danketua Departemen Astronomi di Universitas Harvard, Abraham Loeb, kepada lamanspace.com.

"Keberadaan kita adalah hasil dari bintang generasi pertama ini, jadi ketika kita menyelidiki zaman kegelapan, kita menjelajahi asal-usul kita," terang Loeb, yang juga penulis bukuHow Did The First Stars and Galaxies Form? yang diterbitkan Princeton University Press pada 2010.

Menurut Loeb, untuk menyelidiki zaman kegelapan dan pertama kali bintang bersinar, cara yang dilakukan para ilmuwan adalah berburu bintang dan galaksi paling awal. Karena cahaya membutuhkan waktu untuk melakukan perjalanan, cahaya yang datang dari jauh juga pasti datang dari masa lampau.

Dengan cahaya yang ditangkap para astronom melihat jauh ke luar angkasa untuk mengintip ke masa lalu. "Ini mirip dengan arkeologi semakin dalam Anda menggali, semakin banyak lapisan kuno yang Anda temukan," ujar Loeb.

Untuk menangkap cahaya dari masa lalu adalah dengan menangkap partikel cahaya dari galaksi terjauh. Teleskop James Webb, dirancang untuk membantu mendapatkan cahaya itu. "Teleskop ini adalah harapan terbaik yang kita miliki untuk benar-benar mencitrakan galaksi generasi pertama," imbuh Loeb .

Cara yang kedua adalah dengan mengenali hidrogen yang mengelilingi bintang dan galaksi awal. Hidrogen dingin mengeluarkan cahaya dalam bentuk gelombang radio dengan panjang gelombang radio 21 sentimeter. Dengan menyetel panjang gelombang spesifik itu para ilmuwan dapat melihat bagaimana hidrogen ini berubah dari waktu ke waktu sebagai respons terhadap radiasi bintang.

Beberapa teleskop radio sedang dikembangkan akan mendeteksi gelombang radio 21 sentimeter. Teleskop itu adalah The Murchison Widefield Array di Australia, The Low-Frequency Array di seluruh Eropa, The Primeval Structure Telescope di Tiongkok, dan The Giant Metrewave Radio Telescope di India.

Cara lain dalam mengenali galaksi terjauh dengan mencari sinar-X dari lubang hitam pusatnya menggunakan teleskop seperti Chandra X-ray Observatory milik NASA. Caranya dengan mendeteksi riak dalam ruang-waktu yang dikenal sebagai gelombang gravitasi, yang dilepaskan ketika lubang hitam dari galaksi awal bergabung satu sama lain.

Bahkan NASA pernah merencanakan proyek ambisius yang dikenal sebagai Laser Interferometer Space Antenna (LISA). Proyek ini berupa deteksi penggabungan lubang hitam supermasif di galaksi terjauh, namun batal karena masalah anggaran. "Perlu biaya tinggi agar kita bisa melihat langit sebanyak yang kita bisa," pungkas Loeb.

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.