Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sumbangsih Inovasi UGM untuk Penanggulangan Covid-19

Foto : Istimewa.
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memberikan apresiasi terhadap beberapa temuan alat kesehatan yang dihasilkan para peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Apresiasi diberikan khususnya kepada sejumlah inovasi alat kesehatan untuk penanggulangan Covid-19. Seperti dikutip dari laman UGM, Selasa (2/2), inovasi tersebut, di antaranya swab bilik yang dilengkapi dengan Hepa Filter, pengukur suhu tubuh dengan pemindai wajah, VTM, Rapid Test RI-GHA, dan ventilator.

"Karya UGM yang berbiaya ekonomis ini diharapkan memberikan rasa aman dan nyaman di masyarakat terutama untuk aktivitas-aktivitas perekonomian yang padat seperti pasar, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat wisata guna mendorong booting ekonomi di masyarakat. Diharapkan perlahan ekonomi Indonesia bertahap tumbuh kembali," ujar Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, saat menjadi pembicara kunci pada Kupas Tuntas GeNose, Ventilator, Rapid Test RI-GHA, dan VTM produksi UGM secara daring, Minggu sore (31/1).

Sebagai alumni UGM, Airlangga merasa bangga atas semangat dan kerja keras civitas akademika UGM dalam menghasilkan inovasi alat-alat kesehatan di masa pandemi Covid-19. Berbagai produk yang dihasilkan merupakan produk-produk non-invansif yang harganya terjangkau dan bisa menjadi alat skrining yang cepat dengan realibility yang tinggi, di antaranya alat GeNose.

Airlangga menyebut pandemi Covid-19 telah berdampak pada aspek kesehatan dan ekonomi. Puluhan juta orang terinveksi dan jutaan orang meninggal dunia akibat wabah Covid-19.

Relaksasi lockdown, menurutnya, berisiko meningkatkan kasus harian, terutama di AS dan Eropa. Oleh karenanya, pemulihan ekonomi ke depan menjadi tantangan seiring dengan penanganan penyebaran Covid-19.

Menurutnya, Indonesia berupaya menyeimbangkan penanganan kesehatan dan ekonomi. Indonesia berada dalam kelompok negara yang termasuk best possible situation, di mana penanganan kesehatan dan ekonomi dapat berjalan beriringan.

"Tidak saling mengorbankan salah satunya dan ditandai dengan tingkat kematian yang terkendali dan kontraksi GDP Q3-2020 lalu yang tidak terlalu dalam," imbuhnya.

Kupas tuntas penemuan alat-alat kesehatan inovasi UGM berikut hilirisasinya dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia merupakan program sinergi UGM dan Kagama V yang mengusung tema Sumbangsih UGM Dalam Penanggulangan Covid-19 Melalui Penemuan Alat-alat Kesehatan.

Kegiatan inipun mengundang sejumlah peneliti dengan alat temuannya, di antaranya Prof Kuwat Triyono, Ph.D sebagai peneliti GeNose, Dr. Andhika Widyaparaga, peneliti Ventilator, Apt. Ika Puspita Sari, peneliti Viral Transport Medium dan Prof. Dr. Sofia Mubarika,Ph.D, peneliti Rapid Test RI-GHA.

Apresiasi yang sama disampaikan Ketua Umum PP Kagama sekaligus Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Menurutnya, inovasi alat kesehatan untuk penanggulangan Covid-19 karya peneliti UGM menunjukkan spirit ke UGM-an yang khas.

"Ini sangat khas banget menunjukkan orang Bulaksumur dengan dedikasi, kemanusiaan, tidak berbayar, tidak memikirkan keuntungan," katanya.

Padahal, di bagian lain di tengah pandemi Covid-19 ada saja yang memikirkan keuntungan, misalnya soal masker di awal-awal pandemi. Kemudian dahulu sewaktu ramai-ramai rapid tes dan semua berjualan.

"Tampaknya pandemi menjadi lahan bisnis baru, dan bahkan memunculkan epidemolog dadakan, farmakolog dadakan, semua berbicara dan bisa membereskan semua ini. Maka ucapan terima kasih pada UGM, pandemi ini menjadi titik balik kita untuk melompat. Misal GeNose memang tidak akan menggantikan PCR tapi ini bisa menjadi revolusi besar untuk merespons pandemi ini dan menjadikan kita tidak bergantung pada luar negeri untuk menyelamatkan bangsa dan kemanusiaan," terangnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Sofia Mubarika, Ph.D, peneliti Rapid Test RI-GHA, di antara para peneliti yang hadir dalam diksusi menyatakan pada awal pandemi yang dibutuhkan adalah tes diagnostic. Tes diagnostik adalah sesuatu yang harus segera dimiliki karena saat itu tidak memiliki tes diagnotik untuk Covid-19.

"Makanya kemudian tim harus mengembangkan alat tes diagnostik yang cepat karena momentum waktu sangat penting, dan pada saat itu telah masuk alat dari luar negeri yang harganya sangat bervariasi," ucapnya. mar/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top