Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
FX Afat Adinata Nursalim, Chief Executive Officer Mega Perintis Tbk

Sukses Adalah Perjalanan

A   A   A   Pengaturan Font

Afat Adinata mengembangkan platform agar konsumen melakukan padu padan (mix and match) secara digital sebelum mencoba pakaian ke dalam kamar pas (fitting room).

Sukses adalah sebuah perjalanan dan tak akan terakhir atau success is a journey and not the end. Selain itu, setiap manusia ingin mencapai sukses dan kategori sukses tidak bisa menggunakan ukuran orang lain, melainkan dari diri kita sendiri. Begitulah salah satu pemikiran yang dipegang oleh pria pemilik nama lengkap FX Afat Adinata Nursalim selaku Chief Executive Officer atau CEO Mega Perintis Tbk. Debut karier Afat dimulai dari perusahaan makanan dan minuman di PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Selama bergabung di Garudafood, beragam posisi jabatan telah diembannya, dari finance dan accounting, corporate planning, legal serta communication. Lantas, posisi terakhirnya berlabuh sebagai CEO PT Sinar Naga Sejahtera (SNS), anak usaha Garudafood untuk penjualan dan distribusi (sales and distribution) Malang melintang selama 17 tahun di industri tersebut membuatnya jeli dalam membaca kebutuhan konsumen. Pada pertengahan 2015, Afat pun memutuskan untuk banting setir ke industri fesyen. Afat mendaratkan dirinya dengan bergabung pada perusahaan fesyen pria yakni PT Mega Perintis Tbk dengan merek pakaian yang sudah tidak asing lagi yakni Manzone dan MOC. Bergabungnya Afat lantaran diajak oleh pendiri Mega Perintis, yaitu Verosito Gunawan, sebagai salah satu pemegang saham sekaligus CEO. "Jadi, ini pengalaman dari dulunya jualan kacang dan sekarang jadi jualan fesyen," ungkapnya saat ditemui di sela-sela kesibukannya, pekan lalu. Memang dari sisi industri boleh dibilang berbeda. Tetapi, bila mempunyai kompetensi memimpin dan bisa membawa perusahaan menuju lebih baik, maka latar belakang industri tidak terlalu jadi masalah. "Ketika di Garudafood masih mengelola produk konsumen, begitu pula di Mega Perintis juga memiliki kemiripan yakni fesyen dan itu merupakan consumer product juga," jelas Afat. Hanya saja yang membedakannya adalah kalau di Garudafood merupakan produk makanan dan minuman dan produknya bisa diulang kembali, sedangkan di fesyen untuk model pakaian tidak bisa diulang dan harus selalu ada model baru. Untuk itu, pihaknya harus jeli untuk memiliki produk baru dan mempelajari tren dari konsumen. Kini, di tengah maraknya perkembangan belanja berbasis dalam jaringan (daring/ online) terhadap bisnis fesyen yang digelutinya, Afat melihat hal tersebut sebagai peluang. Apalagi bisnis daring itu akan berdampak terhadap luar jaringan (luring/ offline), terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki merek sendiri. Bagi perusahaan yang memiliki merek sendiri, selama konsumen mau berbelanja baik secara daring ataupun luring maka kedua hal tersebut merupakan kesempatan dan bukan ancaman. "Jadi, saya melihat dengan perkembangan market daring, seperti adanya Tokopedia, Zalora, Shopee, dan lainnya akan menjadi peluang baru untuk bisnis saya," jelas dia. Ia pun melakukan inovasi melalui hybrid kombinasi gerai dengan digital experience. Memang terobosan tersebut baru dilakukan pada tiga gerai di Mal Gandaria City, Mal Kota Kasablanka, dan Pesona Depok Square. Di tiga gerai ini sudah mulai mengimplementasikan antara daring dan luring. "Jadi di dalam toko tersebut konsumen bisa menemukan digital experience. Ada layar sentuh (touch screen) sehingga konsumen bisa mengeksplor manzonestore.com, platform belanja yang berisi produkproduk kami," papar dia.

Tren Kekinian

Melalui hal tersebut, Afat ingin memberikan pengalaman kepada konsumen untuk melakukan padu padan (mix and match) secara digital sebelum mencoba pakaian ke dalam kamar pas (fitting room). Bagi Afat ini adalah kesempatan di tengah perkembangan daring yang telah menjadi tren kekinian untuk generasi sekarang atau milenial. Selain membuat gerainya semakin modern, produk Manzone maupun MOC pun turut menjadi produk kekinian juga. Ia pun tidak memasang target khusus untuk terobosan digital tersebut. Sebab, sulit baginya untuk mengukur seberapa banyak konsumen tersebut berbelanja daring. "Itu sebabnya, kami melakukan hybrid dengan tujuan untuk mengenalkan kepada konsumen bahwa kami memiliki luring maupun daring, sehingga konsumen mempunyai alternatif dalam berbelanja," kata Afat. Diakui, dalam 2-3 tahun belakangan ini, kata pria berusia 48 tahun ini, industri ritel mengalami kondisi yang kurang baik. Namun, pihaknya melihat sebaliknya lantaran poduk fesyennya ditujukan untuk segmen middle class dan segmen itu masih terus tumbuh di Indonesia. Terbukti dengan Mega Perintis yang masih tetap tumbuh dalam tiga tahun terakhir. "Hal itu menjadi optimisme saya untuk membawa Mega Perintis menuju ke penawaran saham perdana (Initial Public Offering/ IPO)," tegas Afat. Melalui IPO, ia bisa mencari dan mendapatkan investor dengan visi yang sama untuk membesarkan bisnis ini ke depan. Apalagi roadmap Afat dalam kurun waktu lima tahun ke depan produk Manzone, MOC atau Mega Perintis sebagai perusahaan akan menjadi salah satu perusahaan ritel terdepan. Jadi bila dikatakan ritel sedang tidak bagus maka baginya semua industri ada masanya naik dan turun. Mungkin sesaat industri ritel sedang terkena imbas, tapi ritel masih akan ada terus secara jangka panjang. Tinggal bagaimana pemain ritel bisa mengantisipasi perubahan ke depan, entah itu perubahan digital atau perubahan tren konsumen. Pria yang menghabiskan pendidikan S1 Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan melanjutkan S2 Magister Mnajemen STIE Nusantara, Jakarta, di waktu senggangnya pada Sabtu dan Minggu dan tidak ada kesibukan pekerjaan banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Ayah dari dua orang anak laki-laki ini memiliki hobi menulis dan telah menghasilkan karya dalam sebuah buku berjudul Berubah atau Punah, diterbitkan oleh Gramedia. yuni rahmi/AR-2

BIODATA

Nama: FX Afat Adinata Nursalim

Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 6 Agustus 1970

Pendidikan :
• Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
• Magister Manajemen STIE Nusantara, Jakarta

Karier:
• Bekerja di PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk dengan posisi terakhir CEO PT Sinar Niaga Sejahtera, anak perusahaan Grup Garudafood yang bergerak di bidang pemasaran dan distribusi, 1998-2015
• CEO PT Mega Perintis Tbk, 2015-sekarang

Komentar

Komentar
()

Top