Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Masalah Tumbuh Kembang

“Stunting" Mengancam Bonus Demografi

Foto : ISTIMEWA

SRI SUMARMI Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga - Stunting ini perlu diatasi karena citacita bangsa kita ingin menjadikan generasi ke depan itu baik. Bonus demografi tidak boleh sebatas kuantitas semata, melainkan kualitas masyarakatnya.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Stunting atau kondisi gagal tumbuh karena kurang asupan gizi berpotensi mengancam bonus demografi yang diharapkan sebagai modal Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Sri Sumarmi, mengatakan untuk menjadi negara maju harus mendapat dukungan dari manusia yang cerdas, sehat, dan berkualitas. Sebab itu, pencegahan stunting sejak dini sangat diperlukan, terutama cara penanganan yang tepat.

"Stunting ini perlu diatasi karena cita-cita bangsa kita ingin menjadikan generasi ke depan itu baik. Bonus demografi (penduduk usia produktif-red) tidak boleh sebatas kuantitas semata, melainkan kualitas masyarakatnya. Peran orang tua sebagai garda terdepan pemberantasan stunting perlu diperkuat, terutama untuk menyediakan asupan gizi yang cukup bagi masa pertumbuhan karena kalau asupan makanan kurang, pembentukan sel-sel, otot, tulang, juga termasuk sel otak jadi tidak optimal," kata Sri.

Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Tavip Agus Rayanto, memaparkan berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), terdapat enam provinsi yang mengalami kenaikan prevalensi stunting pada 2022. Enam provinsi itu yakni Sulawesi Barat dengan prevalensi stunting pada 2022 mencapai 35 persen atau naik dari 2021 di angka 33,8 persen. Kedua, Papua yang melonjak cukup tinggi dari sebelumnya 29,5 persen menjadi 34,6 persen pada 2022.

Selanjutnya, Nusa Tenggara Barat 32,7 persen, dari sebelumnya 31,4 persen. Kemudian, Papua Barat dari 26,2 persen menjadi 30 persen, Sumatera Barat juga naik dari 23,3 persen menjadi 25,2 persen, dan Kalimantan Timur dari 22,8 persen menjadi 23,9 persen pada 2022. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sendiri masih tercatat sebagai yang tertinggi yakni 35,3 persen meskipun sedikit menurun dari sebelumnya, yakni 37,8 persen. Secara nasional, prevalensi stunting pada 2022 tercatat 21,6 persen.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top