Studi Ungkap Kroasia Memiliki Potensi Agrisolar Sangat Besar
Ilustrasi
Foto: IstimewaStudi mengungkapkan potensi penggunaan energi surya di sektor pertanian dan akuakultur air tawar di Kroasia. Pembangkit listrik agrisolar yang dipasang di 1 persen atau 1.000 hektar dari total lahan pertanian yang tersedia di Kroasia dapat menghasilkan 1.000 GWh listrik ramah lingkungan per tahun.
Studi pertama mengenai potensi agrisolar di Kroasia diprakarsai oleh asosiasi Sumber Energi Terbarukan Kroasia (RES Kroasia atau OIEH). Studi ini disusun atas kerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Zagreb, Fakultas Ilmu Agrobioteknologi di Osijek, dan Institut Tanaman Adriatik dan Reklamasi Karst dari Split.
Sebagai catatan, konsumsi listrik tahunan di Kroasia adalah sekitar 16.000 GWh, jadi 1.000 GWh akan mencakup lebih dari 6 persen. Pembangunan taman agrisolar pertama di negara ini dimulai pada bulan Juni. Ada beberapa proyek serupa di Balkan Barat, seperti di Montenegro dan Serbia.
Asosiasi tersebut mengatakan bahwa penelitian ini menawarkan solusi untuk mencegah kerugian akibat iklim ekstrem di Kroasia, yang meningkat 16 kali lipat dari tahun 2018 hingga 2022. Kerugian akibat kekeringan dan banjir di sektor pertanian tahun lalu mencapai 36% dari keuntungan bersih tahun 2021.
Keuntungan terbesar dari pembangkit listrik tenaga agrisolar adalah penggunaan ganda dari lahan dan kolam ikan: pertanian dan produksi listrik.
Maja Pokrovac, direktur pelaksana RES Croatia, mencatat bahwa Kroasia memungkinkan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya dan agrisolar di semua lahan yang terdaftar dalam daftar penggunaan lahan pertanian.
"Dengan cara ini, Kroasia menjadi salah satu dari sepuluh negara Uni Eropa yang memutuskan untuk memperkenalkan teknologi ini," kata Pokrovac, dikutip dari Balkan Green Energy News, Minggu (10//9).
Hrvoje Jazvi?, Bankir Utama di Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) di Kroasia, mengatakan bahwa agrisolar memberikan perlindungan terhadap tanaman pertanian dan budidaya ikan. Menurutnya, dengan memasang pembangkit listrik tenaga agrisolar hanya pada 1 persen atau 1.000 hektar dari total lahan pertanian yang tersedia di Kroasia dapat menghasilkan 1.000 GWh listrik per tahun, selain melindungi tanaman.
Jumlah tersebut tiga kali lebih banyak dari kapasitas pembangkit listrik fotovoltaik yang saat ini terpasang di Kroasia.
Jazvi? juga mengatakan bahwa penerapan pembangkit listrik tenaga surya terapung dalam budidaya air tawar yang ada memungkinkan untuk mencapai produksi tahunan lebih dari 16.000 ton ikan, empat kali lebih banyak daripada di Kroasia selama beberapa dekade terakhir.
Ivo Milati?, Sekretaris Negara di Kementerian Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan mengatakan bahwa pemerintah telah menyederhanakan kerangka peraturan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya. Ia menjelaskan bahwa tidak diperlukan lagi panggilan publik untuk memberikan persetujuan energi dan menambahkan bahwa pemerintah akan terus memberikan dukungan administratif.
Menurut Marko Karoglan dari Fakultas Pertanian, taman agrisolar harus dilihat sebagai langkah agroteknik untuk menaungi tanaman secara parsial. Namun, perlu dipastikan bahwa semua tindakan diterapkan untuk mencegah dampak buruk pada tanah dan tanaman.
"Taman Agrisolar harus dilengkapi dengan sistem untuk memantau status tanah dan kondisi iklim mikro di bawah panel surya, serta dampaknya terhadap tanaman pertanian dan lingkungan," ujar Karoglan.
"Proses ini harus berlangsung hingga lima tahun setelah commissioning," tambahnya.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 4 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
- 5 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024