Studi: Stimulasi Otak dapat Membantu Orang dengan Cedera Sumsum Tulang Belakang untuk Berjalan
Ilustrasi. Teknik baru ini ditujukan bagi mereka yang mengalami cedera tulang belakang.
Foto: IstimewaPARIS - Para ilmuwan pada hari Senin (2/12), mengatakan stimulasi elektrik pada area tertentu di otak dapat membantu orang dengan cedera sumsum tulang belakang berjalan lebih mudah, dan seorang pasien menjelaskan bagaimana teknik tersebut mampu mengatasi rasa takutnya terhadap tangga.
Dikutip dari The Straits Times, teknik baru ini ditujukan bagi orang-orang dengan cedera tulang belakang di mana hubungan antara otak dan sumsum tulang belakang belum terputus sepenuhnya, dan yang masih memiliki beberapa gerakan pada kaki mereka.
Wolfgang Jaeger, salah satu dari dua pasien yang ikut serta dalam uji coba awal, mengatakan hal itu langsung membuat perbedaan besar pada mobilitasnya.
"Sekarang ketika saya melihat tangga yang hanya memiliki beberapa anak tangga, saya tahu saya bisa mengatasinya sendiri," kata pria berusia 54 tahun itu dalam sebuah video yang dirilis bersamaan dengan sebuah studi baru di jurnal Nature Medicine.
Penelitian ini dilakukan oleh tim Swiss yang telah memelopori beberapa kemajuan terkini, termasuk penggunaan stimulasi listrik pada sumsum tulang belakang agar beberapa pasien lumpuh dapat berjalan kembali.
Kali ini, para peneliti ingin mengetahui wilayah otak mana yang paling bertanggung jawab bagi orang yang pulih dari cedera tulang belakang.
Merasa ingin berjalan
Dengan menggunakan teknik pencitraan 3D untuk memetakan aktivitas otak tikus dengan cedera ini, tim tersebut menciptakan apa yang mereka sebut “atlas seluruh otak”.
Mereka terkejut saat mengetahui wilayah otak yang mereka cari ada di hipotalamus lateral, yang dikenal sebagai pengatur gairah, makan, dan motivasi.
“Sekelompok neuron tertentu di wilayah ini tampaknya terlibat dalam pemulihan kemampuan berjalan setelah cedera tulang belakang," kata ahli saraf Gregoire Courtine di Ecole Polytechnique Federale de Lausanne, Swiss.
Selanjutnya, tim tersebut berusaha memperkuat sinyal dari neuron ini menggunakan prosedur yang disebut stimulasi otak dalam, yang umumnya digunakan untuk mengobati masalah pergerakan pada penderita penyakit Parkinson.
Prosedur ini melibatkan dokter bedah yang menanamkan elektroda di bagian otak, yang dihubungkan ke perangkat yang ditanamkan di dada pasien. Saat dinyalakan, perangkat tersebut mengirimkan denyut listrik ke otak.
Pertama, tim menguji teori mereka pada tikus dan mencit, dan menemukan bahwa teori tersebut “segera” memperbaiki kemampuan berjalan, kata penelitian tersebut.
Peserta manusia pertama dalam uji coba Swiss tahun 2022 adalah seorang wanita yang, seperti Jaeger, memiliki cedera tulang belakang yang tidak lengkap.
Ahli bedah saraf Jocelyne Bloch mengatakan ketika perangkat milik wanita itu dinyalakan untuk pertama kalinya, dia berkata: "Saya merasakan kaki saya."
Ketika mereka menyalakan arus listrik, para wanita tersebut berkata, “Saya merasa ingin berjalan,” menurut Bloch.
Para pasien dapat menyalakan perangkat mereka kapan pun mereka membutuhkan, dan juga menjalani rehabilitasi dan latihan kekuatan selama berbulan-bulan.
Tujuan wanita itu adalah berjalan mandiri tanpa alat bantu jalan, sementara tujuan Jaeger adalah menaiki tangga sendiri. “Keduanya mencapai tujuan mereka,” kata Bloch.
Jaeger, yang berasal dari Kappel di Swiss, berbicara tentang pengalamannya menghadapi delapan anak tangga menuruni laut saat liburan tahun lalu.
Dengan perangkat tersebut menyala, “naik turun tangga tidak menjadi masalah,” katanya.
“Senang sekali rasanya ketika Anda tidak harus bergantung pada orang lain sepanjang waktu.”
Seiring berjalannya waktu, ia “menjadi lebih cepat dan bisa berjalan lebih jauh” bahkan saat perangkatnya dimatikan.
Courtine menekankan, penelitian lebih lanjut masih diperlukan dan teknik ini tidak akan efektif untuk semua pasien.
Karena bergantung pada peningkatan sinyal otak ke sumsum tulang belakang, bergantung pada seberapa banyak sinyal yang berhasil masuk sejak awal.
"Dan meskipun stimulasi otak dalam kini sudah cukup umum, beberapa orang tidak begitu nyaman dengan seseorang yang mengoperasi otak mereka,” tambah Courtine.
Para peneliti percaya bahwa di masa depan, pilihan terbaik untuk pulih dari cedera semacam ini adalah dengan merangsang sumsum tulang belakang dan hipotalamus lateral.
Berita Trending
- 1 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 2 Kenakan Tarif Impor untuk Menutup Defisit Anggaran
- 3 Penyakit Kulit Kambuh Terus? Mungkin Delapan Makanan Ini Penyebabnya
- 4 Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
- 5 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis
Berita Terkini
- Maudy Ayunda Kembali Luncurkan Album Terbaru
- Khusus Diliburan Akhir Tahun, KAI Wisata Siapkan Layanan Java Priority
- "Game Changer", MIT Luncurkan AI Supercepat dengan Prosesor Fotonik
- Dosen Unja rancangan sistem irigasi teknologi angin di Kota Jambi
- BBWS Bengawan Solo komitmen lestarikan sumber air untuk masa depan