Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Studi: Cuaca Panas Menewaskan Hampir 50 Ribu Orang di Eropa pada Tahun 2023

Foto : istimewa

Lebih dari separuh kematian terjadi selama dua periode suhu panas tinggi pada pertengahan Juli dan Agustus.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada hari Selasa (12/8), suhu tinggi yang menurut para ilmuwan diperburuk oleh emisi karbon, telah menyebabkan hampir 50.000 kematian di Eropa pada tahun 2023.

Dikutip dari The Straits Times, studi oleh Institut Barcelona untuk Kesehatan Global memperkirakan 47.690 orang meninggal akibat panas selama tahun terhangat di dunia dan tahun terhangat kedua di Eropa yang pernah tercatat.

Dalam dekade terakhir, hanya tahun 2022 yang lebih mematikan, menurut laporan tahunan, dengan lebih dari 60.000 kematian terkait panas. Diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, penelitian tersebut mengkaji catatan suhu dan kematian dari 35 negara di seluruh benua.

Para penulis menyoroti orang lanjut usia berada pada risiko paling tinggi, dengan negara-negara di Eropa Selatan paling parah terkena dampak panas.

Lebih dari separuh kematian terjadi selama dua periode cuaca panas pada pertengahan Juli dan Agustus, ketika Yunani berjuang melawan kebakaran hutan yang mematikan.

Suhu mencapai 44 derajat Celcius pada tanggal 18 Juli di Sisilia. Laporan itu memperingatkan angka utama itu merupakan estimasi, dan menambahkan 95 persen keyakinannya adalah beban mortalitas berada di antara 28.853 dan 66.525.

Namun, penelitian itu juga menemukan kematian akibat panas akan menjadi 80 persen lebih tinggi jika tidak ada tindakan yang diambil oleh pemerintah Eropa pada abad ke-21 untuk beradaptasi dengan musim panas yang lebih panas.

"Hasil penelitian kami menyoroti pentingnya adaptasi historis dan berkelanjutan dalam menyelamatkan nyawa selama musim panas baru-baru ini," kata para ilmuwan.

"Laporan ity juga menunjukkan urgensi untuk strategi yang lebih efektif guna mengurangi beban kematian akibat musim panas yang lebih panas mendatang," tambah mereka, seraya mendesak tindakan yang lebih proaktif untuk memerangi pemanasan global.

Eropa, wilayah yang menurut PBB suhunya meningkat lebih cepat daripada bagian dunia lainnya, telah mengalami peningkatan jumlah gelombang panas yang seringkali mematikan sejak pergantian abad.

Para ilmuwan mengatakan bahwa perubahan iklim membuat peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas terjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih intens.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top